GARUT – Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut menegaskan bahwa program peningkatan produksi pangan di Garut bukanlah pembukaan lahan baru, melainkan optimalisasi lahan yang kurang produktif agar dapat dimanfaatkan untuk dua komoditas utama, yaitu padi dan jagung. Langkah ini sesuai dengan arahan Presiden dalam upaya mencapai swasembada pangan nasional.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ardhy Firdian.
“Kami hanya memanfaatkan lahan yang selama ini tidak digunakan untuk pertanian. Dua komoditas yang menjadi prioritas sesuai target swasembada pangan nasional adalah padi dan jagung, sehingga sementara ini hanya itu yang bisa kami optimalkan,” jelas Ardhy, Selasa (4/2).
Baca Juga:Penjual Es Kelapa Muda di Garut Mengeluh dengan langkanya Gas LPG 3 kgBeli Gas 3kg ke Pangkalan Langsung, di Garut Tidak Semua Desa Punya Pangkalan LPG
Dalam pelaksanaannya, Dispertan Garut mencari kelompok tani yang memiliki pemahaman atau ingin belajar tentang budidaya padi dan jagung.
“Petani yang tergabung dalam kelompok tani dan memiliki keinginan untuk membudidayakan tanaman padi atau jagung dapat berkomunikasi dengan petugas kami di lapangan, baik penyuluh pertanian tingkat desa maupun petugas lainnya,” jelasnya.
Ardhy juga menambahkan bahwa secara tidak langsung program ini berkaitan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang memiliki cakupan komoditas meskipun MBG lebih variatif. Namun, dalam konteks swasembada pangan, padi dan jagung tetap menjadi prioritas utama.
Dinas Pertanian Garut telah mengidentifikasi sejumlah wilayah yang potensial untuk pengembangan dua komoditas tersebut. Untuk jagung, kecamatan seperti Selaawi, Cikelet, dan Cisompet dinilai memenuhi kriteria, sedangkan penanaman padi lahan kering akan dipusatkan di Kecamatan Bungbulang.
Kabupaten Garut sendiri memiliki luas lahan pertanian mencapai 307 hektare, di mana tergolong sebagai lahan produktif, termasuk pesawahan, lahan basah, dan pertanian lahan kering.
“Ke depan, meskipun luasannya tidak terlalu besar dibandingkan dengan luasan reguler, paling tidak program ini bisa mendukung ketahanan pangan dan membantu pencapaian swasembada pangan,” tutupnya.(rizki)