GARUT – Kelangkaan Gas LPG 3 kilogram banyak dikeluhkan oleh masyarakat kecil. Karena selain langka, gas melon itu juga mahal harganya.
Asep (53) penjual Es Kelapa di Jl.Proklamasi, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut menilai tujuan pemerintah sangat baik agar nantinya harga gas melon bisa stabil (murah).
“Gas LPG itu kalau menurut saya sendiri ya sebetulnya bagus sih tujuan pemerintah itu supaya harganya kan murah kan. Tapi kalau langka gini bukan murah, tambah mahal kalau di warung. Biasa kan beli Rp20.000, sekarang harga di warung-warung retail itu Rp23.000. tadi saya beli gitu beli biasanya 20 sekarang jadi 23 terus agak susah itu nyarinya,” ujarnya, saat diwawancarai, Selasa (4/2).
Baca Juga:Beli Gas 3kg ke Pangkalan Langsung, di Garut Tidak Semua Desa Punya Pangkalan LPGBNP Garut Gelar Apel Kebangsaan, Ceng Mujib: Pesantren Tidak Hanya Mengurusi Agama Tapi Juga Negara
Jika sistemnya harus disalurkan oleh pangkalan atau agen langsung, menurut Asep, agen dan pangkalan itu harus membuat depot gas di tiap RW.
“Kalau menurut saya usulkan, kalau mau ada agen akhirnya per Rw bikin istilahnya depot gitu, depot gas gitu di stoknya di Rw jadi per Rw,” katanya.
Asep sendiri merasakan dampak yang cukup berat dengan mahalnya gas LPG 3 kg itu.
“Ya berdampak juga kalau harga naik, sementara saya harga jual tetap selisih kemana kan gitu. Kan saya juga nggak jualan ini aja, istri kan jualan di kantin,” tambahnya.
Dengan selisih Rp.3.000 juga, kata Asep bagi masyarakat kecil itu sangat berpengaruh. “Kalau sekarang tadi saya beli 23, berarti kan selisih sudah 3 ribu. Lumayan kan buat masyarakat kecil pengaruh, kalau orang kaya tidak pengaruh mau tiga juta pun tidak pengaruh asal ada dia beli orang kaya,” jelasnya
Asep berharap gas LPG 3 kg ini bisa turun harganya sesuai HET dan mudah didapatkan masyarakat.(rizka)