Memajukan Perawatan Diabetes yang Dipimpin oleh Perawat untuk Bangsa yang Lebih Sehat: Call for Action

Asep Badrujamaludin, BN.,MN.,RN (Dosen Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani dan Mahasiswa PhD di Natio
Asep Badrujamaludin, BN.,MN.,RN (Dosen Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani dan Mahasiswa PhD di National Cheng Kung University (NCKU)-Taiwan
0 Komentar

Oleh: Asep Badrujamaludin, BN.,MN.,RN (Dosen Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani dan Mahasiswa PhD di National Cheng Kung University (NCKU)-Taiwan

RADAR GARUT – Di tengah upaya Indonesia untuk memodernisasi sistem kesehatannya, jutaan penduduk pedesaan tertinggal dalam perjuangan melawan diabetes. Inisiatif terbaru pemerintah terkait penyakit kronis berbasis tempat kerja bertujuan untuk melindungi karyawan, tetapi bagaimana dengan petani, nelayan, dan pedagang kaki lima yang merupakan mayoritas tenaga kerja Indonesia?

Sebagaimana dilaporkan VOI News (14 Agustus 2025), Indonesia kini berada di peringkat kelima dalam prevalensi diabetes global. Namun, bagi banyak orang di luar pusat kota atau pedesaan, diagnosis masih terlambat seringkali kasus amputasi atau kebutaan sudah terjadi.

Baca Juga:Di Balik Kisah Viral Zulfa, Bocah Garut yang Tetap Sekolah Sambil Merawat Adik, Kejar Mimpi Jadi FotograferAnggota DPRD Garut Kunjungi Lansia Sebatang Kara, Lumpuh dan Tak Dapat Bansos

Dalam beberapa bulan terakhir, meningkatnya kasus diabetes tipe 2 di seluruh Indonesia, terutama di daerah terpencil dan pedesaan telah menggarisbawahi kesenjangan yang semakin besar dalam pemerataan akses terhadap layanan kesehatan. Menurut VOI News (14 Agustus 2025), Indonesia kini berada di peringkat kelima dunia dalam prevalensi diabetes, dengan kasus yang meningkat pesat di kalangan populasi muda.

Meskipun Kementerian Kesehatan telah membuat langkah-langkah yang patut dipuji dalam memperluas program telemedicine dan manajemen penyakit kronis, banyak penduduk pedesaan Indonesia masih menghadapi keterlambatan diagnosis, pemantauan glukosa yang tidak konsisten, dan terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan lanjutan.

Inisiatif terbaru pemerintah untuk mempercepat pengendalian penyakit kronis di tempat kerja ( Antara News , 20 Oktober 2025) mencerminkan komitmen yang kuat di tingkat nasional namun juga menyoroti kesenjangan krusial. Penduduk pedesaan, dengan lapangan kerja formal yang terbatas, berisiko tertinggal oleh strategi yang berfokus terutama pada lingkungan perkotaan atau industri. Momen ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang : untuk memastikan Transformasi Kesehatan Indonesia 2025 benar-benar menjangkau setiap komunitas, bukan hanya mereka yang berada di kota.

Langkah maju dan dipertimbangkan adalah memperkuat model perawatan diabetes yang dipimpin perawat, berpusat pada masyarakat, dan didukung secara digital dalam jaringan Puskesmas . Pergeseran ini tidak hanya akan memajukan perawatan klinis tetapi juga memenuhi komitmen bangsa yang lebih luas terhadap kesetaraan kesehatan dan keadilan sosial .

0 Komentar