GARUT – Gelombang protes dari para pengemudi ojek online (ojol) di Jakarta yang menolak naiknya pemotongan pendapatan (komisi) oleh aplikator turut menggema hingga ke daerah.
Diantara tingginya gelombang protes karena ada aplikator yang menaikkan potongan komisi hingga 10 %. Hal inilah yang dirasakan berat oleh ojol.
Salah satunya dirasakan langsung oleh Endar Sukmawan, seorang driver Maxim di Garut yang telah menggeluti profesi ini selama tiga tahun terakhir.
Baca Juga:Garut Diusulkan Masuk Tahap 2 Pembangunan Sekolah Rakyat, Ini Penjelasan DinsosMinim Anggaran, Dinas PUPR Garut Akui Pemeliharaan Jalan dan Drainase Belum Optimal
Endar mengungkapkan bahwa pemotongan pendapatan oleh pihak aplikator bukanlah hal baru, namun semakin terasa karena besaran potongan yang kian meningkat.
“Saya sekitar kebetulan di Garut kan masih baru, sekitar 3 tahunan. Sekitar 3 tahunan,” ujarnya saat diwawancarai di Kantor Maxim Garut, Selasa (20/5).
Menurutnya, rata-rata pendapatan kotor yang diperoleh driver Maxim di Garut saat ini berkisar antara Rp3 juta hingga Rp5 juta per bulan. Namun setelah dikurangi biaya operasional seperti bensin dan potongan saldo akun, penghasilan bersih yang dibawa pulang hanya sekitar Rp3 juta.
“Kalau pemotongan itu dari dulu juga setiap aplikator ada, karena hitung-hitungannya kan aplikator juga mencari keuntungan dari driver. Kalau maksim itu awalnya 5 persen, sekarang jadi 8 persen, itu sudah masih masuk aturan pemerintah, Tapi untuk Grab sama GoPartner mungkin itu sudah di luar aturan,” katanya.
“Untuk akhir-akhir ini pendapatan para driver yang saya tahu dari rekan, termasuk saya sendiri yang saya alami itu pendapatan memang menurun. Terhitung secara omset yang saya hitung-hitung Itu omset bukan-bukan bersih ya sekitar 3 sampai 5 juta per bulan, itu belum dipotong bensin, bahan bakar, belum dipotong saldo akun, jadi kalau dihitung-hitung bersihnya sekitar 3 jutaan,” ungkapnya.
Ia menilai, pemotongan ini sangat besar pengaruhnya bagi driver. Ia berharap pihak penyedia aplikator bisa menurunkan pemotongan tersebut.
“Terpengaruh, sangat terpengaruh Apabila ini bisa di ACC oleh pihak aplikator untuk penurunan penmotongan Itu bakal berdampak positif untuk para driver di Indonesia gitu Mau aplikator manapun,” jelasnya.
Baca Juga:Penguatan Kehumasan, Dirjenpas Dorong Transparansi dan Citra Positif PemasyarakatanDukung Pembentukan Kopdes Merah Putih, Diskop Garut Sudah Gelar Musdesus di 243 Desa
” Kalau misalkan ada ACC dari pihak aplikator untuk pemotongan itu jadi lebih rendah mungkin ada keuntungan plus ya, jadi ekonomi para driver itu lebih meningkat nggak seperti saat ini yang pemotongannya sangat besar itu merugikan para driver apalagi untuk OJOL,” tambahnya.