GARUT – Libur panjang sekolah seyogianya menjadi momen bahagia bagi anak-anak. Namun bagi sebagian orang tua, terutama mereka dengan penghasilan pas-pasan, periode ini justru memicu kepanikan.
Biaya masuk sekolah yang membengkak, terutama saat jenjang pendidikan anak naik, kerap menjadi kewajiban yang tak terhindarkan. Seorang buruh pabrik di Garut, sebut saja Sani (bukan nama sebenarnya) menjadi gambaran nyata bagaimana beratnya perjuangan orang tua demi pendidikan anak-anaknya.
Saat ditemui Sabtu (12/7), Sani mengatakan dengan gaji bulanan yang dibawah upah minimun regional (UMR) Rp 1.800.000 ia harus menelan pil pahit saat anaknya diterima di bangku SMP. Ia diwajibkan membayar Rp 3.000.000 sebagai biaya masuk.
Baca Juga:Pembongkaran Lapak PKL di Jalur Provinsi Dimulai, Pedagang Menanti Kebijakan RelokasiBupati Garut Sayangkan Sekolah yang Tagih Langsung Biaya Seragam saat Pendaftaran
Sani mengungkapkan bahwa angka ini jauh di atas kemampuannya, mengingat penghasilan suaminya yang hanya mengandalkan berjualan tempe, menurut Sani “jauh dari kata cukup” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi biaya pendidikan.
“Waktu pas (anak) masuk ke SMP, saya harus ada uang tiga juta, tapi saya pernah dengar juga kalau yang lain mah enggak bayar. Mungkin karena anak saya enggak lolos masuk SMP-nya, jadi ya sudah saya bayar saja,” kata Sani.
Beban finansial ini semakin diperparah dengan kebutuhan lain yang tak kalah mendesak seperti seragam, buku, alat tulis, uang jajan, hingga perlengkapan sekolah lainnya yang harus dibeli. Belum lagi, aturan sekolah yang kerap mengharuskan pengeluaran tak terduga.
Terpaksa Akses Pinjol dan Bank Emok
Dalam situasi terdesak seperti ini, Sani mengaku terpaksa menempuh jalan yang sebenarnya ingin ia hindari, meminjam uang dari pinjaman online (pinjol) dan “bank emok”, pinjaman bank dengan perjanjian. Bagi Sani, ini adalah pilihan satu-satunya, meskipun ia tahu betul beratnya cicilan bulanan yang harus ditanggung dengan gaji di bawah UMR.
“Ya paling mentok saya pinjam uang ke pinjol sama paling ke bank emok, itu juga buat saya mah berat per bulan dengan gaji di bawah UMR. Anak mau sekolah juga, itu jadi jalan satu-satunya, meskipun kalau saya pinjam ke bank emok itu ya bisa dikatakan sering, tapi saat nak sekolah mah saya kan pinjam uangnya banyak,” katanya.