Garut – Kebijakan penambahan rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri yang digulirkan pemerintah provinsi Jabat, bukan hanya merugikan sekolah swasta, tetapi juga membuat proses belajar mengajar di sekolah negeri menjadi tidak efektif. Hal ini disampaikan Sekretaris Umum Forum Kepala SMP Swasta (FKSS) Kabupaten Garut, Imam Kamaludin.
Imam menegaskan bahwa idealnya satu kelas diisi maksimal 32 siswa untuk menjaga suasana belajar yang kondusif. Namun, kebijakan penambahan rombel membuat jumlah siswa per kelas di sekolah negeri bisa mencapai 40 orang, sehingga mengganggu efektivitas pembelajaran.
” 32 itu adalah standar pelayanan minimal. Jadi kalau misalnya 32 ini ideal guru mengajar, ideal suasana di kelas itu seperti itu. Kebayang kalau misalnya di atas itu ya pasti akan terjadi inkondusifitas, dan tidak akan efektif, tidak akan berjalan gitu, pembelajaran tidak akan normal lah itu bisa jadi sesak, pengap, atau seperti apa,” katanya.
Baca Juga:Ada Sekolah Swasta di Garut yang Baru Mendapatkan 7 Siswa, Dampak Penambahan Rombel Sekolah NegeriPenerimaan Siswa di Sekolah Swasta Garut Turun 30-40 Persen, Dampak Penambahan Rombel Sekolah Negeri
Selain itu, kebijakan ini berdampak pada penurunan penerimaan siswa baru di sekolah swasta. Imam menyebut penurunan jumlah siswa mencapai 30 hingga 40 persen dibanding tahun sebelumnya. Bahkan, ada sekolah swasta di wilayah Tarogong Kidul dan Garut Kota yang hingga saat ini hanya menerima tujuh pendaftar, padahal masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) akan segera dimulai.
” Jelas terpengaruh dari tahun kemarin saja atau di tahun-tahun sebelumnya juga sudah sangat berpengaruh, terjadi penurunan yang sangat signifikan dari mulai 30 persen sampai dengan 40 persen penurunannya, hari ini malah ada satu sekolah di daerah perkotaan, saya tidak akan menyebutkan sekolahnya, itu sampai hari ini baru ada siswa yang daftar 7 orang, di Tarogong Kidul dan Garut Kota itu ada sekolah swasta, sedangkan hari Senin sudah masuk hari pertama, ini kan problem sebetulnya. Di sisi lain ada yang overload, di sisi lain juga ada sekolah yang sangat kekurangan,” katanya.(rizka)