Oleh : Moch Ilham Anshory
Dosen Mata Kuliah Bahasa dan Budaya Sunda IMDA Garut
HARI ini tanggal 9 Dzulhijjah 1446 H keluarga muslim di seluruh dunia menyambut kedatangan Hari Raya Idul Adha, yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah 1446 H. Begitu pula dengan seluruh umat muslim yang ada di Indonesia turut menyambut dan merayakannya. Dimulai dari anak-anak hingga dewasa turut berbahagia menyambutnya.
Penulis melihat aktivitas selama perayaan Hari Raya Idul Adha melalui sudut pandang unsur kebudayaan. Telah kita ketahui bersama menurut Koentjaraningrat terdapat 7 unsur kebudayaan yaitu sistem pengetahuan, sistem bahasa, sistem kemasyarakatan, sistem teknologi dan peralatan, sistem mata pencaharian hidup, sistem kesenian, dan sistem religi. Berdasarkan pengamatan penulis minimal terdapat tiga unsur kebudayaan yang ada pada perayaan Idul Adha antara lain sistem religi, sistem Bahasa, dan sistem mata pencaharian hidup.
Baca Juga:Sejumlah Ruas Jalan Utama Perekonomian di Kawasan Perkotaan Garut DiperbaikiPT Aditama Tunjukkan Kepedulian Pasca Banjir di Perum Aka Arunika Majasari Cibiuk
Pertama sistem religi, pelaksanaan Hari Raya Idul Adha dilaksanakan oleh kaum muslimin sebagai wujud ketaqwaan kepada Alllah SWT. Taqwa lahir dari keimanan terhadap Allah SWT. Firman Allah pada Q.S Al Kautsar menjadi salah satu landasan dilaksanakannya ibadah qurban. Perintah untuk berkurban dijelaskan dalam Al-Quran, khususnya dalam Surat Al-Kautsar ayat 2. Ayat ini menyatakan: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah”.
Perintah untuk berkurban turun kepada Nabi Ibrahim. Di suatu malam Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Nabi Ismail, putranya. Saat Nabi Ibrahim akan melaksanakan perintah tersebut, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba jantan, dan perintah untuk menyembelih Nabi Ismail dibatalkan. Mulai saat itu wujud dari ketaqwaan kepada Allah berkurban dengan menyembelih domba atau hewan lainnya yang sesuai dengan syariat islam.
Merujuk laman Muhammadiyah.or.id memelihara hewan terutama domba banyak dilakukan, seperti halnya para nabi sebelum beliau Muhammad SAW bekerja sebagai pengembala di Mekkah di daerah Bani Sa’d. Beliau menggembala domba-domba di pegunungan menjalani hari-harinya di alam terbuka yang mengajarkan ketekunan, kesabaran, serta kedekatan dengan alam.
Kedua sistem Bahasa, masyarakat Jawa Barat pada khususnya menyebut Idul Adha itu dengan Rayagung. Mengacu pada sundadigi.com kata “Rayagung” sendiri berasal dari dua kata yaitu Raya yang artinya perayaan besar. dan Agung yang artinya besar, agung, penting. Jadi, Rayagung bisa diartikan sebagai perayaan besar yang agung, merujuk pada hari Idul Adha, yang merupakan salah satu dari dua hari raya utama dalam Islam (selain Idul Fitri).