Sejarah Panjang Jalur Kereta Api Cibatu-Garut-Cikajang yang Jarang Diketahui

foto ilustrasi kereta api Garut Cibatu Cikajang
foto ilustrasi kereta api Garut Cibatu Cikajang (AI)
0 Komentar

GARUT – Jalur kereta api Cibatu–Cikajang adalah potongan sejarah panjang transportasi di selatan Jawa Barat, membentang sejauh sekitar 47 kilometer dari Stasiun Cibatu hingga Stasiun Cikajang, Kabupaten Garut. Saat ini, hanya segmen Cibatu–Garut yang kembali hidup, berkat proyek reaktivasi yang rampung pada 2022. Sementara itu, sisa jalurnya menuju Cikajang masih tertidur dalam diam.

Awal Perencanaan: Ambisi Infrastruktur Hindia Belanda

Mengutip dari Wikipedia, Gagasan awal membangun jalur ini muncul dari Inspektur Jenderal Staatsspoorwegen (SS), H.G. Derx, yang mengajukan rancangan kepada pemerintah kolonial pada 28 Oktober 1882. Ide tersebut diajukan bersama jalur Cicalengka–Cilacap. Meski pada 1886 sempat muncul wacana divestasi jalur-jalur milik SS, Derx bersikeras menolak. Ia didukung berbagai tokoh penting kala itu, hingga akhirnya pemerintah kolonial menyetujui pembangunan jalur Cilacap–Cicalengka dengan cabang ke Garut.

Jalur antara Cibatu dan Garut dibangun bersamaan dengan proyek Cicalengka–Cibatu, dan secara resmi rampung pada 14 Agustus 1889. Uniknya, jalur ini awalnya dirancang sebagai bagian dari lintas utama dari Bandung menuju Yogyakarta. Namun, rencana itu berubah karena kontur pegunungan timur Garut dianggap terlalu ekstrem untuk pembangunan rel. Akhirnya, Cibatu yang dipilih sebagai titik sambung utama ke Yogyakarta, dan jalur Garut pun berstatus sebagai cabang.

Baca Juga:Kejagung Sita Aset Terpidana Kasus Asabri di Kabupaten GarutSatpol PP Garut Tertibkan 9 Bangunan dan Awasi Jam Operasional PKL di Jalan Merdeka dan Guntur Sari

Menembus Selatan: Lahirnya Jalur Garut–Cikajang

Dorongan untuk memperluas jaringan kereta ke wilayah selatan Garut datang dari geliat ekonomi perkebunan. Wilayah subur di antara Gunung Cikuray dan Papandayan membuat pemerintah kolonial melihat potensi besar pengangkutan hasil bumi. Jalur Garut–Cikajang pun masuk dalam Undang-Undang pembangunan trem uap tahun 1921 (Staatsblad No. 204). Meskipun pembangunan sempat tersendat akibat krisis ekonomi global, proyek ini akhirnya dimulai tahun 1926 dan resmi dibuka pada 1 Agustus 1930.

Masa Perang dan Rebutan Kendali

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, banyak jalur kereta api dibongkar, termasuk segmen Garut–Cikajang. Jepang memprioritaskan pemanfaatan material logam untuk kepentingan perang di Asia Timur. Mereka membentuk biro Rikuyu Sokyoku yang mengatur transportasi darat di Jawa dan Madura, termasuk operasional kereta.

0 Komentar