GARUT – Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Garut kini rutin mengadakan program pesantren khusus bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Kegiatan ini berlangsung setiap Senin pukul 09.00 WIB di Mushola Sunan Rahmat.
Kepala Rutan Kelas IIB Garut, Fahmi Rezatya Suratman, menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk membentuk mental dan spiritual warga binaan.
“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan keagamaan mereka, tetapi juga membentuk karakter yang lebih baik. Dengan pembinaan rohani yang kuat, kami ingin membantu mereka menemukan jalan perubahan yang lebih positif,” ujarnya, Senin (3/2).
Baca Juga:Orang Tua Harus Mengontrol Penggunaan Gadget di Depan Anaknya5 Terduga Pebalap Liar di Kadungora Diamankan Polisi
Ia menjelaskan bahwa dalam program ini, dua pengajar dari Kementerian Agama Kabupaten Garut memberikan materi pembelajaran keagamaan, mulai dari belajar membaca Iqro, membaca Al-Qur’an, hingga kajian fiqih.
“Dalam kajian fiqih, mereka mendalami kitab Safinah, khususnya tentang batalnya wudhu. Ini adalah bagian dari pemahaman dasar dalam menjalankan ibadah,” jelas Fahmi.
Lebih lanjut, Fahmi menegaskan bahwa pembinaan ini bukan hanya untuk meningkatkan pemahaman agama, tetapi juga menjadi bagian dari rehabilitasi agar warga binaan lebih siap kembali ke masyarakat.
“Kami ingin memastikan bahwa warga binaan tidak hanya menjalani masa hukuman, tetapi juga mendapatkan pembinaan yang dapat mengubah hidup mereka,” tegasnya.
Selain aspek keagamaan, kata dia, program ini juga diharapkan bisa menekan angka residivisme atau pengulangan tindak kejahatan setelah bebas.
“Pembinaan ini kami lakukan secara kontinu. Tidak hanya belajar membaca Al-Qur’an, tetapi juga membahas nilai-nilai Islam yang dapat menjadi pedoman hidup bagi para WBP setelah mereka bebas,” katanya.
Ke depan, pihaknya berencana mengembangkan program ini dengan menambahkan materi dakwah, kajian tafsir, serta pelatihan keterampilan berbasis keagamaan.
Baca Juga:Polisi Gerebek 2 Pengedar Pil Koplo di BanyuresmiMira Lestari Fitriani Dorong Pemda Alokasikan Anggaran untuk Tangani “Mental Health”
“Kami ingin melibatkan lebih banyak lembaga keagamaan dan komunitas sosial agar pembinaan ini semakin maksimal. Dengan pendekatan keagamaan, diharapkan mereka bisa kembali ke masyarakat dengan mental dan karakter yang lebih baik,” pungkasnya. (Rizki Peratami)