GARUT – Seorang oknum guru Bimbingan Konseling (BK) di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Garut, Jawa Barat dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) berinisial AS diduga mencabuli siswanya. Orang tua siswa tersebut pun kini diketahui telah membuat laporan resmi kepada polisi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Garut, AKP Joko Prihatin membenarkan pihaknya telah menerima laporan resmi dari orang tua siswa yang diduga menjadi korban cabul tersebut. Korban dan pelaku dikatakannya sama-sama laki-laki.
“Kami sudah menerima laporannya, dan kami juga langsung melakukan penyelidikan atas laporan yang dibuat oleh orang tua korban,” kata Joko, Selasa (29/7).
Baca Juga:Perkuat Sinergi Antar Lembaga, Komandan Kodim 0611 Kunjungi Rutan Kelas IIB GarutKabulog Ciamis Sebut Tidak Ada Beras Bantuan Pangan di Garut Dibawah Kuantum Standar
Joko menjelaskan bahwa dalam perkara tersebut pihaknya melakukan serangkaian penyelidikan termasuk memeriksa korban. Hasilnya, setelah beberapa pekan dilakukan penyelidikan, kasus tersebut kini sudah naik ke penyidikan.
“Saat ini perkaranya sudah dalam penyidikan dan untuk terlapor saat ini belum kami tetapkan sebagai tersangka. Kami masih menunggu keterangan, termasuk salah satunya dari ahli,” jelasnya.
Berdasarkan keterangan yang diterima pihaknya, menurut Joko, korban yang merupakan siswa SMPN itu diduga mendapatkan perlakukan cabul di area sekolah. Aksi tersebut dilakukan di salah satu ruangan tempat terduga pelaku bertugas.
“Jadi anak korban dan pelaku ini sama-sama laki-laki. Korban diduga mendapatkan perbuatan cabul dari terduga pelaku di ruangan bimbingan konseling yang ada di sekitar sekolah tempat korban belajar,” ungkapnya.
Adapun kaitan dengan perbuatan cabul yang dilakukan terduga pelaku, Joko mengaku belum bisa menjelaskan lebih jauh. “Karena kaitan dengan hal tersebut sudah masuk ranah materi penyidikan kami,” katanya.
Joko juga menyebut bahwa pihaknya saat ini terus mendalami dugaan kasus pencabulan yang dilakukan AS. Menurutnya tidak menutup kemungkinan adanya korban anak lainnya yang mendapatkan perilaku serupa.
“Kami terus mendalami sambil berjalan kedepannya, dan mungkin saja ada korban lainnya namun belum berani menceritakan lalu melaporkan ke kami. Bila ada yang merasa pernah menjadi korban, bisa datang langsung ke kami untuk membuat laporan,” pungkasnya. (*)