Garut – Fenomena menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Garut sebagaimana yang diungkapkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan.
Hal ini juga mendapatkan tanggapan dari Anggota DPRD Garut Komisi III, Ghea Afrilia. Menurutnya harus ada penangan yang lebih menyeluruh dan tidak hanya sebatas penertiban.
Ghea menilai, permasalahan PKL ini cukup kompleks, namun upaya penertiban yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Garut, menurutnya belum memberikan solusi terhadap akar masalahnya.
Baca Juga:Ini Parfum untuk Wanita, Wanginya Lembut dan Tahan LamaKenapa Gemini AI Bisa Mengedit Foto dengan Sangat Baik? Ini Jawabannya
” Permasalahan PKL memang cukup kompleks. Pemerintah Daerah sering melakukan penertiban maupun wacana relokasi, namun yang menjadi masalah utama adalah ketersediaan sarana yang sesuai, lokasi yang strategis, serta keberlangsungan ekonomi para PKL itu sendiri,” ujarnya.
Menurut Ghea, relokasi PKL yang selama ini dilakukan dinilai kurang berhasil, bukan hanya karena tidak adanya ketegasan petugas Satpol PP. Yang jadi masalah utama, karena relokasi tersebut tidak memberikan lokasi yang potensial bagi para PKL, sehingga ekonomi mereka tak berkembang.
” Sebenarnya tidak bisa hanya dilihat dari sisi ketegasan aparat. Ini lebih pada persoalan tata ruang, kebutuhan ekonomi masyarakat, serta daya tarik lokasi pusat kota. Banyak PKL yang kembali turun ke jalan karena lokasi relokasi tidak sebanding dengan potensi pembeli. Jadi persoalannya bukan semata ketidaktegasan, tapi lebih ke faktor kebijakan yang harus lebih komprehensif,” lanjutnya.
Ghea menyebut, penertiban PKL harus dievaluasi kembali. Harus ada pendekatan yang elbih persuasif supaya PKL tidak lagi berjualan di badan jalan atau trotoar.
” Pendapat saya pribadi, menilai bahwa kebijakan yang ada masih perlu evaluasi. Penataan memang ada, tetapi efektivitasnya dalam jangka panjang masih belum mampu menekan pertumbuhan PKL yang berjualan di badan jalan dan trotoar. Karena itu, Pemkab perlu memperkuat pendekatan persuasif, sekaligus menyiapkan sarana yang lebih layak,” pungkas Ghea. (rizka)