1. Hipotiroid konginetal2. Mikrosepali dengan ada kista di kepala bagian kiri3. Laringo tipe 14. CMV (Cytomegalovirus)5. Tembak klinis
Kemudian Aneu menjelaskan, untuk saat ini jadwal pengobatan Zyandra dilakukan satu bulan sekali ke RSHS Bandung dan Cicendo, namun sebelumnya sempat satu atau dua minggu sekali berobat.
“Sekarang mah satu bulan sekali, pas udah ini mah, pas awal awal mah masih satu minggu sekali, dua minggu sekali, sekarang mah satu bulan sekali ke RSHS sama ke Cicendo, soalnya di RSHS itu maksimal 1 hari itu 2 poli, kalau ke poli endokrin udah beres jam 11 misalnya ah mau lanjut ke Polineuropat bisa, tapi kan kadang banyak antrian, kasian Dede nya, jadi udah ambil obat aja,” jelas Aneu.
Baca Juga:Total Bencana Longsor di Garut, 7 Kecamatan Ini Terdampak Cukup ParahTrotoar dan Bahu Jalan Masih Dikuasai PKL, Disperindag Garut Sebut Pemda Terbatas Ruang Relokasi
Kemudian, kata Aneu, selama pengobatan Zyandra, ia tinggal di rumah singgah IZI (Inisiatif Zakat Indonesia) dari program bantuan Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN, untuk menyediakan tempat tinggal gratis bagi pasien dhuafa dan keluarganya saat menjalani pengobatan.
Untuk jadwal berobat, imbuh Aneu, tergantung jadwal habisnya obat. “Tergantung jadwal Tergantung dijadwalkan dari sananya, obat itu ada yang 28 hari, ada yang 25 hari harus udah kontrol lagi,” imbuhnya.
Selama ini, kegiatan Aneu berjualan makanan seperti makroni, basreng, seblak kering, aneka kerupuk yang nantinya dijual oleh Zulfa anaknya di sekolah.
“Itu ada makroni ada basreng, ada seblak kering gitu, ada makanan kerupuk, iya yang dijual sama de Zulfa, iya beli mentahnya, saya goreng sendiri di bungkus,” pungkasnya.
Selama ini, Aneu dan suaminya mencari nafkah dari jualan sayur hingga makanan ringan untuk dijual di sekitar kampunya, termasuk yang dibawa Zulfa ke sekolah sambil menggendong adiknya Zyandra. (Rza/rzi)
