Dedi Mulyadi Sebut Kenakalan Remaja Tidak Spontan, Tapi Terstruktur

Dedi Mulyadi berbincang dengan salah satu siswi yang ikut pendidikan
Dedi Mulyadi berbincang dengan salah satu siswi yang ikut pendidikan
0 Komentar

LEMBANG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti persoalan kenakalan remaja yang kian marak terjadi, di kalangan pelajar. Dan mirisnya, kenakalan remaja yang paling tinggi justru terjadi di tingkat SMP. Hal itu disampaikan Dedi saat mengunjungi Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (5/5/2025), tempat sejumlah siswa bermasalah saat ini tengah menjalani pembinaan.

Dalam kunjungan tersebut, Dedi sempat berbincang dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat serta sejumlah personel TNI sebelum akhirnya menyapa para siswa peserta program. Kepada Sekda, Dedi menyampaikan bahwa berdasarkan pantauannya, kasus kenakalan paling banyak ditemukan pada kelompok usia SMP.

Namun lebih jauh, Dedi menegaskan bahwa kenakalan remaja saat ini bukan lagi bersifat spontanitas seperti yang selama ini dipahami. Menurutnya, di balik perilaku negatif para remaja, terdapat pola gerakan yang terstruktur dan bahkan terorganisir secara sistematis.

Baca Juga:DPC PDIP Garut Mantapkan Konsolidasi Jelang Kongres, Keputusan Bulat Mendukung Megawati SoekarnoputriMasjid Anajah Cibatu Terbengkalai, Dipenuhi Semak Liar

“Jadi pak sekda kenakalan hari ini itu jangan dipahami sebagai kenakalan yang bersifat spontan, tapi sebuah gerakan yang terstruktur dan terorganisir,” ujarnya dikutip dari kanal youtube @Kang Dedi Mulyadi Channel.

Dedi mengungkapkan bahwa para remaja yang terlibat dalam aktivitas geng atau gangster, pada kenyataannya tidak bergerak sendiri. Ada pihak-pihak yang memandu, bahkan membimbing mereka dengan tujuan tertentu. Lebih mengkhawatirkan lagi, Dedi menyebut bahwa kenakalan ini telah menjadi ladang bisnis bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

” Jadi genster itu ada gurunya, ada tutorialnya. Dan mereka targetnya anak-anak di bawah 18 (tahun), karena tahu menghindari sanksi pidana,” ujarnya.

Menurut Dedi, kelompok mafia tertentu sengaja memanfaatkan para remaja ini untuk kepentingan konten media sosial, menjadikannya sebagai bisnis yang mendatangkan keuntungan. Hal inilah yang menurutnya perlu segera diantisipasi bersama, baik oleh pemerintah, aparat keamanan, maupun orang tua untuk menyelamatkan generasi penerus.

0 Komentar