GARUT – Pusat perbelanjaan Garut Plaza yang terletak di Jl. Guntur Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, semakin hari semakin kehilangan peminat. Menjelang Hari Raya Idulfitri, pusat perbelanjaan di Garut ini biasanya dipadati masyarakat yang berburu baju Lebaran, tetapi kondisi berbeda terlihat di Garut Plaza. Tahun ini, jumlah pengunjung semakin berkurang, bahkan lebih sepi dibandingkan Ramadan sebelumnya.
Sepinya pengunjung juga berdampak pada kondisi para pedagang. Banyak toko di dalam Garut Plaza yang tutup, beberapa di antaranya memasang label “Dijual” atau “Dikontrakan” di etalase mereka. Meskipun demikian, masih ada sejumlah pedagang yang bertahan dan tetap membuka tokonya, berharap ada peningkatan kunjungan menjelang Lebaran.
Seorang pedagang jilbab, Nina, yang sudah lama berjualan di Garut Plaza mengungkapkan bahwa Ramadan tahun ini terasa berbeda. Ia menyebutkan bahwa biasanya saat bulan puasa, pusat perbelanjaan ini penuh dengan pengunjung.
Baca Juga:Direktur Kepatuhan Kemenimipas: Pengawasan Internal Kunci Keberhasilan Pelaksanaan Tusi di PemasyarakatanSempadan Sungai akan Diklaim Negara, Menteri ATR/BPN Segera Terbitkan Sertifikat untuk BBWS
“Ah, ayeuna mah sepi. Biasana mah pami sasih saum teh sok rame pinuh di GP teh, ayeuna mah tinggal we, kalah beuki seueur toko nu tutup, (ah sekarang sepi, biasanya selama bulan puasa selalu rame penuh pembeli di GP, sekarang mah liat aja malah banyak toko yang tutup,” ujar Nina, Rabu (12/3).
Ia menduga bahwa salah satu penyebab sepinya pengunjung adalah pergeseran tren belanja ke platform online. Sebelum mereka menutup tokonya, para penjual sudah banyak yang berjualan secara live di media sosial.
“Sigana mah beralih we aricalanna kana online, da saacanna oge seueur nu icalanna teh bari live wae nu meser teh meureun kana online we, (kayanya beralih berjualan online, karena sebelumnya banyak pedagang yang berjualan dengan cara live di media sosial, jadi yang beli juga beli nya online,” tambahnya.
Selain itu, para pedagang yang masih bertahan berjualan di Garut Plaza enggan untuk beralih berjualan online dengan alasan mereka tidak bisa memulai dan belum mengerti cara berjualan seperti itu.
“Ari abi mah da teu tiasa sareng teu acan ngartos we, jadi masih icalan didieu, pami tiasa mah sigana bakal sami sareng batur, tapi GP bakal tambah sepi we, (kalau saya karena gak bisa sama belum ngerti cara berjualan online, mungkin kalau suatu saat bisa berjualan online saya juga akan mengikuti kaya orang lain, tapi GP bakalan tambah sepi,)” pungkasnya.