GARUT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, menyatakan keprihatinan serius atas dugaan terpaparnya paham radikal pada seorang pelajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Garut.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, menyampaikan, bahwa indikasi yang muncul menunjukkan pelajar yang bersangkutan tidak hanya terpapar pemikiran radikal, tetapi juga cenderung melakukan aktivitas yang mengarah pada perilaku ekstrim.
“Kami prihatin, mereka sudah terpapar dengan pikiran radikal, mereka juga cenderung melakukan kegiatan ekstrim,” ujar Syakur, Jumat (26/12)
Baca Juga:Anggota DPRD Garut Kunjungi Korban Longsor TPT di Cilawu, Rumah Korban Ambruk Tak Bisa DitempatiMuhasabah Akhir Tahun: Sudah Sejauh Mana Kita Berubah?
Menurutnya, Pemkab Garut telah melakukan komunikasi awal dengan pihak kepolisian dan instansi terkait untuk menyikapi hal tersebut.
Ke depan, langkah pembinaan akan diperketat, terutama dalam menanamkan nilai-nilai cinta tanah air kepada pelajar di jenjang SMA dan SMK.
“Kemarin sudah komunikasi, kita akan lebih intens lagi melakukan pembinaan rasa cinta terhadap tanah air kepada anak-anak yang di SMA SMK,” ucapnya.
Syakur mengungkapkan, dugaan paparan paham radikal ini diperkuat dengan adanya nota dinas dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Garut yang mengindikasikan adanya keterkaitan dengan jaringan terorisme.
“Sudah ada nota dinas dari Kesbagpol yang di indikasikan seperti itu (jaringan teroris),” ungkapnya.
Meski demikian, status penanganan kasus hukum dilakukan secara hati-hati karena terduga merupakan anak di bawah umur.
“Ini kan status anak di bawah umur, Kapolres cerita ke saya ini penanganannya tidak sebagaimana yang biasa dilakukan untuk orang yang terindikasi radikal, karena di bawah umur,” imbuhnya.
Baca Juga:Pohon Tumbang Menutup Badan Jalan Limbangan, Arus Lalin Tetap TerkendaliHujan Deras Picu Longsor di Cilawu Garut, 4 Keluarga Tertimpa Material dan 5 Warga Luka-Luka
Saat ini penanganan kasus diarahkan melalui Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), pendekatan yang dilakukan lebih mengedepankan aspek sosial dan pembinaan.
“Jadi kita ke PPA, cuman ini kan lagi libur jadi nanti ke depan kita akan inikan lagi. Kita pendekatanya lebih ke kedekatan sosial, karena tidak bisa di ini,” katanya.
Ia menegaskan, bahwa kejadian ini menjadi momentum penting untuk memperkuat langkah pencegahan di lingkungan pendidikan, tidak hanya untuk pelajar, tetapi juga mahasiswa.
“Ke depan harus ada langkah-langkah yang lebih intens kepada anak-anak kita, baik di sekolah, SMA/SMK, maupun mahasiswa,” tegasnya.
