Kemenkes Desak Garut Perkuat Layanan RS Usai Data TB dan Kematian Ibu-Anak Tinggi

dr. Azhar Jaya, Dirjen Kesehatan Lanjutan di Kemenkes RI (tengah)
dr. Azhar Jaya, Dirjen Kesehatan Lanjutan di Kemenkes RI (tengah)
0 Komentar

GARUT – Kementrian Kesehatan RI, menyoroti terkait Instruksi Presiden tentang penurunan penyakit Tuberkolosis (TB), serta Angka Kematian Anak (AKA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang dinilai masih tinggi.

Direktur Jendral Kesehatan Lanjutan pada Kementrian Kesehatan RI, dr.Azhar Jaya, mengatakan bahwa Presiden Prabowo ingin Indonesia keluar dari tiga besar penyakit Tuberkolosis (TB).

“Ya karena kita tuh dari dulu tuh masuk tiga besar terus ya, padahal negara yang menunjukkan tren menurun,” katanya saat diwawancarai oleh awak media, Kamis (4/12).

Baca Juga:Hujan Deras Picu Empat Titik Longsor di Banjarwangi Garut, Satu Warga Luka-LukaPori Besar, Minyak Berlebih, dan Kulit Cepat Kusam? AGB dengan Niacinamide 8% & Bakuchiol Bisa Jadi Jawabannya

Menurut dr. Azhar, yang paling penting dari penyakit TB salah satunya harus menemukan orang yang mengalami penyakit tersebut, lalu diberikan edukasi agar mau diobati hingga sembuh dari penyakit TB, namun jika tidak sembuh pengobatannya butuh waktu lama.

“Karena kalau dia tidak sembuh, maka obatnya nanti akan resisten, dan pengobatannya lagi akan lebih panjang waktunya. Yang tadinya 6 bulan, bisa jadi 9 bulan, bisa jadi setahun. Cuma gara-gara selama 6 bulan ini, dia meninggalkan atau berhenti pengobatannya di tengah jalan,” katanya.

Ia menyebutkan, keberhasilan menangani penyakit TB ini bergantung pada Pengawasan Minum Obat (PMO).

“Nah, supaya ini berhasil, maka perlu ada namanya PMO. Pengawasan minum obat, nah itu harus dicarikan nih, ya kalau satu keluarga bisa terkena, ya cari orang lain yang supaya ngawasin tuh, ngingetin tuh obatnya harus diminum,” ucapnya.

Dia menyebutkan juga, bahwa jika seseorang sudah diobati selama 2 minggu, memang masih sakit, namun sebenarnya penyakit TB nya sudah tidak menular lagi.

“Jadi kalau TB itu aktif berobat penuh patuh segala macam, selama kurang lebih 2 minggu, maka dia sebenarnya masih sakit tapi sudah tidak menularkan lagi,” sebutnya.

Ia juga menyoroti terkait Angka Kematian Anak (AKA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Garut, bahwa harus perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap setiap kasus, dimulai dari waktu rujukan, kelengkapan rujukan, kesiapan fasilitas, serta kompetensi tenaga kesehatan.

Baca Juga:Listrik Korslet Diduga Penyebab Kebakaran Bengkel di Garut, Dua Orang TewasPelajar Dibacok hingga Jari Putus, Polres Garut Amankan Tujuh Pelaku

Menurutnya, jika Ibu meninggal kurang dari 24 jam setelah di rumah sakit, maka penyebab nya besar kemungkinan dari keterlambatan rujukan, namun jika meninggal dari 48 jam pasca melahirkan, maka penyebab nya memang dari mutu pelayanan rumah sakit.

0 Komentar