GARUT – Salah satu Ketua yayasan pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Garut, Nadiman, menegaskan pentingnya standar bahan baku dan pengolahan dapur untuk mencegah terjadinya kasus keracunan makanan. Hal ini disampaikan usai munculnya kejadian luar biasa (KLB) dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa.
Nadiman mengatakan bahwa selama ini setiap SPPG telah diwajibkan menyajikan menu yang bervariasi sesuai standar yang ditetapkan Badan Gizi Nasional (BGN). Dalam seminggu, anak-anak mendapatkan asupan berbeda mulai dari daging sapi, ayam, ikan, hingga telur.
“Variasi ini memperhatikan selera masyarakat di tiap daerah, karena bisa jadi lidah orang Garut Kota pasti berbeda dengan Cisompet atau Bayongbong. Karena itu tiap dapur punya kreasi masing-masing, tapi bahan bakunya sama, harus sesuai standar,” jelasnya, Jumat (3/10).
Baca Juga:Satgas MBG Ungkap Penyebab Keracunan Kadungora Jilid 1Pemkab Garut Usulkan Flyover Kadungora Untuk Atasi Kemacetan
Nadiman mengungkapkan, ada empat hal krusial dalam penyelenggaraan dapur MBG, yakni distribusi bahan baku, proses pengolahan, waktu masak, dan kondisi peralatan. Ia menekankan agar penyedia tidak tergoda menggunakan bahan murah yang berisiko bermasalah.
“Kita harus pastikan bahan bakunya baik, jangan asal murah. Susu juga harus standar, mereknya bisa beda-beda karena tidak mungkin satu pabrik saja yang memasok. Kalau ikuti aturan BGN, insyaallah aman,” katanya.
Di tempat yang dikelolanya, sistem pergudangan dan penyimpanan bahan baku sudah disiapkan dengan cadangan stok harian hingga mingguan. Proses memasak pun diatur ketat agar makanan tidak basi.
“Kalau dimasak jam 8 malam untuk besok pasti basi. Maka biasanya di kami mulai masak jam 2 atau setengah 4 dini hari, lalu jam 6 sudah ada gelombang pertama pengiriman. Jam 10 semua sudah selesai packing,” papar Nadiman.
Selain bahan dan waktu, ia menegaskan kualitas peralatan dapur sangat menentukan. “Chef sehebat apapun kalau kompornya tidak panas ya percuma. Kondisi dapur juga harus memadai, jangan asal-asalan,” tegasnya.
Nadiman menyebut, untuk pembangunan dapur MBG sesuai standar setidaknya membutuhkan anggaran Rp2,5–3 miliar jika dari nol, atau sekitar Rp1,5–2 miliar jika memanfaatkan bangunan yang direhabilitasi.