Lantas Maula Akbar pun menceritakan bahwa di acara hiburan malam bersama masyarakat itu akan ada sejumlah artis seperti Ohang dan kawan-kawan.
Maula pun kemudian menceritakan bahwa di acara tersebut juga akan disediakan sejumlah makanan UMKM berupa klepon, aug, mie ayam, soto, burayot, nasi goreng bahkan sate.
Lalu Dedi Mulyadi pun menimpali ucapan Maula tersebut dengan istilah makan gratis.
Baca Juga:Gugur di Acara Wabup Garut, Bripka Cecep Resmi Naik Pangkat Jadi Aipda AnumertaAkhirnya WO yang Diperiksa, Putri dan Maula Juga Siap Bertanggung Jawab
” Jadi siapin makanan gratis? untuk berapa ribu porsi?” tanya Dedi Mulyadi.
Maula Akbar pun menjawab, porsinya itu sekuat-kuatnya masyarakat.
Lalu Dedi pun kembali bertanya, apakah duitnya cukup? Maula Akbar pun menjawab cukup. Dedi Mulyadi pun tertawa senang mendengarnya.
Balakecrakan Bukan Jam 13.00, Tapi Malam Hari
Maula Akbar dan Putri Karlina juga sudah menjelaskan, bahwa sebetulnya acara pembagian makanan jam 13.00 (1 siang) yang menimbulkan korban jiwa itu bukanlah acara yang dikonsep dan direncanakan sebelumnya.
Acara tersebut adalah acara yang spontan dilakukan karena melihat banyak warga berkumpul menunggu acara inti pada malam hari.
Karena masih banyak makanan yang tersisa usai acara pernikahan, maka Maula dan Putri Karlina berinisiatif memberikannya kepada masyarakat.
Namun Maula dan Putri sendiri tidak memerintahkan agar pembagian makanan itu dibuat tertutup seperti yang terjadi. Sehingga hal itulah yang menimbulkan desak-desakan di tengah massa.
Konsep Maula dan Putri dalam acara inti di balakecrakan di malam hiburan justru akan membiarkan masyarakat dengan bebas menikmati makanan UMKM di alun-alun.
Baca Juga:Dikritik Tidak Ramah Anak, Wabup Garut Putri Karlina Tanggapi BeginiAtasi Masalah Distribusi dan Promosi, Lapas Garut Bangun Kantor Pemasaran Produk Karya Narapidana
” Memang ada yang mengatakan makan gratis dari segala macam, padahal niatan kami bukan untuk makan gratis. Bukan untuk memberikan hal yang cuma-cuma. Niat kami ketika warga sudah mulai berkumpul pada siang hari untuk menunggu acara malam kegiatan hari hiburan yang akan dilakukan orang tua kami,” ujarnya.
“Saya berpikir daripada warga cuman hanya menunggu berdiri, dan juga makanan masih banyak, ya sudah lah kita berikan saja kepada semua warga yang menunggu,” sambung Maula.
“Akan tetap entah dan bagaimana kekacauan itu bisa terjadi, karena dalam konsep saya dan istri itu dilakukan secara terbuka tanpa ada penutupan, tanpa ada penyekatan, tanpa ada pengumuman,” ujarnya.