Putri dan Maula, Kegiatan Kemarin Klaim Bukan Berbagi Makanan Gratis

Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina didampingi Suami, Maula Akbar Mulyadi Putra saat melakukan jumpa
Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina didampingi Suami, Maula Akbar Mulyadi Putra saat melakukan jumpa pers di Garut. (Foto : Rizki Peratami/Radar Garut)
0 Komentar

Radar Garut – Pasca-tragedi di Alun-alun Garut di pernikahan Maula Akbar dan Putri Karlina, keduanya angkat bicara untuk mengklarifikasi niatan di balik penyediaan makanan di lokasi kejadian. Ia menegaskan bahwa acara tersebut awalnya bukan untuk makan gratis, melainkan upaya memberikan makanan yang masih banyak bagi massa yang sudah berkumpul menunggu pagelaran seni yang diselenggarakan malam hari.

“Secara niatan memang ada yang mengatakan makan gratis segala macam, padahal niatan kami bukan makan gratis, bukan untuk memberikan makanan cuma-cuma, hanya niat kami, ketika warga sudah mulai berkumpul pada siang hari kemarin menunggu kegiatan hiburan malam yang diadakan oleh orang tua kami, berpikir daripada warga cuma menunggu berdiri dan juga makanan masih banyak ya sudahlah kita berikan saja kepada semua warga yang menunggu,” ungkap putra Gubernur, Maula Akbar, Sabtu (19/7).

Maula mengakui kekacauan yang terjadi, yang disebutnya di luar dugaan. Ia juga menjelaskan bahwa konsep penyajian makanan bersama istri dilakukan secara terbuka, tanpa penutupan atau penyekatan. “Kalau rekan-rekan yang melihat ada flyer yang memang bertuliskan ‘Balakecrakan’ di jam 13.00, itu bukan untuk kegiatan tersebut,” jelasnya.

Baca Juga:Wakil Bupati Garut Sebut Tak Ada Sedikit pun Niatan Melukai, Tidak Ada Pesta RakyatKDM: Anak Anggota Polri yang Gugur dalam Tragedi Garut Akan Jadi Tanggungan Pribadi Saya

Maula meluruskan bahwa istilah “Balakecrakan” yang tertera pada flyer tersebut sebenarnya merujuk pada kegiatan bazar UMKM yang digagas istrinya, Putri Karlina. “Akan tetapi sebelumnya rekan-rekan UMKM, kebetulan istri saya memang fokus terhadap UMKM, rekan-rekan meminta agar diadakan lapak-lapak di car free night. Maka dari itu ditulislah Balakecrakan, yang artinya bukan makan gratis,” urainya.

Menurut Maula, isu “makan gratis” justru baru mencuat setelah waktu salat Jumat, sekitar pukul 12.30 siang, dan kemudian ramai di media sosial. “Makan gratis itu yang saya ketahui terciptanya baru jam 12.30 siang setelah Jumatan, barulah ramai di media sosial adanya makan gratis, bukan Balakecrakan,” tegasnya.

Ia mengaku sedang mendalami dari mana mulainya kesan makan gratis ini. “Makan gratis tercipta saya pun entah dari mulut siapa tercipta makan gratis itu setelah jam 13.00 siang setelah Jumatan, buka YouTube lalu ada thumbnail-thumbnail yang berjudul makan gratis itu yang sedang saya dalami,” kata Maula.

0 Komentar