GARUT – Pengelola Taman Satwa Cikembulan Garut berharap adanya kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Garut terkait pengelolaan sampah di kawasan wisata tersebut. Sejak berdiri, pengelolaan sampah di taman satwa ini dilakukan secara mandiri tanpa dukungan atau kerja sama dengan dinas terkait.
Humas Taman Satwa Cikembulan, Willy Ariesta, menjelaskan bahwa sampah plastik diolah dengan cara dipilah untuk dijadikan barang bernilai ekonomis, sedangkan sampah dedaunan dan kotoran satwa seperti rusa dan kijang diolah menjadi kompos untuk kebun yang berada di area taman satwa.
” Baik, untuk pengolahan sampah tersendiri di Taman Satwa Cikembulan ini kita olah secara mandiri ya, untuk sampah plastiknya kita pilah gitu, dan yang bisa dijadikan nilai ekonomis, ya dijadikan nilai ekonomis,” ujar Willy.
Baca Juga:Belum Ada Pemenang Lelang Proyek Drainase Pasar Guntur Ciawitali GarutOff-Road Ilegal di Gunung Cikuray: DLH Garut Sebut Tak Ada Kewenangan
“Nah khusus untuk daun-daunannya kita siapkan tempat khusus disini yang kita olah, nanti setelah melakukan proses pengolahan kita jadikan untuk kompos di kebun yang ada di Taman Satwa Cikembulan ini, tidak hanya daun-daunan tapi kotoran-kotoran satwa seperti rusa, kijang itu juga kita pergunakan untuk menjadi kompos di kebun kita, jadi memang terutama untuk daun sendiri kita semua karyawan disini kita anjurkan untuk buang sampahnya, untuk daun-daunnya ke tempat ini,” katanya.
Willy mengungkapkan, pihaknya berharap ada kolaborasi dengan DLH dalam pengelolaan sampah, terutama dalam edukasi pengolahan sampah organik dan anorganik kepada karyawan maupun pengunjung, termasuk pelajar yang datang ke taman satwa.
“Mudah-mudahan ke depannya kita ada kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup tentang pengelolaan sampah, jadi nanti kita mungkin bisa kolaborasi, karena kita dari segi edukasi juga belum terlalu mumpuni dari DLH, mengenai sampah ini bisa diberikan pengarahan bagi kami, ini sampah-sampahnya bisa diolah seperti apa-seperti apa, yang kita tahu, terutama sampah organik, kita olah sebagai pupuk, dan bisa juga menjadi nilai edukasi, tidak hanya untuk karyawan, tapi bisa kita tuarkan juga kepada masyarakat, terutama anak-anak sekolah yang datang berkunjung ke Cikembulan, bisa menjadi nilai edukasi untuk masyarakat,” ungkapnya.