Sejarah Panjang Jalur Kereta Api Cibatu-Garut-Cikajang yang Jarang Diketahui

foto ilustrasi kereta api Garut Cibatu Cikajang
foto ilustrasi kereta api Garut Cibatu Cikajang (AI)
0 Komentar

Pasca-kemerdekaan, para pekerja kereta api Indonesia mengambil alih aset perkeretaapian dari Jepang. DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) pun didirikan, menjadikan kereta sebagai tulang punggung transportasi negara baru. Saat suasana memanas pasca-ultimatum Sekutu tahun 1946, berbagai dinas DKARI dipindahkan ke luar Bandung, termasuk ke Garut, Leles, hingga Sokaraja.

Sebagai bagian dari strategi pertahanan, Bandung dibumihanguskan pada 24 Maret 1946 dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Tak lama setelahnya, DKARI meluncurkan layanan ekspres Solo–Garut untuk menjaga konektivitas dengan ibu kota Yogyakarta. Sayangnya, jalur ke Cisurupan tidak bisa digunakan karena rel yang melewati daerah itu telah dihancurkan Jepang.

Upaya Belanda dan Masa Keemasan

Saat Belanda kembali menginvasi Jawa Barat pada 1947, mereka membentuk perusahaan gabungan SS/VS dan memperbaiki jalur-jalur yang rusak, termasuk Garut–Cikajang. Jalur ini sempat kembali aktif, dan bangunan stasiun Garut pun dibangun ulang.

Baca Juga:Kejagung Sita Aset Terpidana Kasus Asabri di Kabupaten GarutSatpol PP Garut Tertibkan 9 Bangunan dan Awasi Jam Operasional PKL di Jalan Merdeka dan Guntur Sari

Pada dekade 1970-an, jalur ini menjadi destinasi favorit para pecinta kereta dari mancanegara. Keunikan topografi serta penggunaan lokomotif uap Mallet seperti CC50 dan CC10 menjadikan jalur ini ikonik. Namun, kondisi lokomotif yang memburuk dan letusan Gunung Galunggung pada 1982 menjadi pukulan telak. Akibat rusaknya sarana dan air yang tercemar abu vulkanik, jalur Garut–Cikajang berhenti beroperasi pada 1982, disusul Cibatu–Garut pada 1983.

Reaktivasi: Jalur Lama, Semangat Baru

Setelah tertidur hampir empat dekade, harapan baru muncul. Untuk mendongkrak sektor pariwisata dan konektivitas wilayah, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian memberikan hak konsesi 30 tahun kepada PT Kereta Api Indonesia untuk menghidupkan kembali jalur ini.

Dimulai pada 2018, proyek reaktivasi ini memakan biaya sekitar Rp400 miliar. Rel tua tipe R25 diganti dengan rel R42 dan bantalan beton. Sinyal mekanik Siemens & Halske dipasang untuk menggantikan sistem lama. Stasiun-stasiun seperti Pasirjengkol dan Wanaraja ikut direvitalisasi, sementara sinyal tebeng tua di viaduk Ciwalen dipreservasi sebagai warisan sejarah.

Setelah berbagai uji coba dan perbaikan, segmen Cibatu–Garut akhirnya diresmikan pada 24 Maret 2022 oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Menteri BUMN Erick Thohir. Layanan reguler pun kembali bergulir sehari setelahnya, menandai kembalinya denyut kehidupan di jalur kereta yang dulu menjadi urat nadi selatan Garut.

0 Komentar