RADAR GARUT – Rencana reaktivasi PT KAI yang dibahas bersama Kementerian Perhubungan dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, ramai diperbincangkan masyarakat.
Wacana ini menjadi salah satu isu hangat di Jawa Barat. Karena ada 11 jalur yang kabarnya akan direaktivasi yang sebelumnya mati suri.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi tampaknya optimis bahwa reaktivasi ini akan berjalan lancar di Jawa Barat. Bahkan dukungan anggaran pun sudah disiapkan sebanyak kurang lebih Rp20 Triliun.
Baca Juga:Posting Reaktivasi Kereta Api, Ada Lagi yang Sebut Dedi Mulyadi Pantas Jadi PresidenBanyak Netizen yang Mendukung Reaktivasi Kereta Api di Jawa Barat, Begini Komentarnya
Reaktivasi jalur kereta api yang sempat mati suri di berbagai daerah Indonesia membawa angin segar bagi mobilitas dan pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, di balik geliat pembangunan tersebut, muncul pula dampak sosial dan ekonomi yang perlu dicermati secara komprehensif.
Berikut ini beberapa dampak dari reaktivasi kereta api berdasarkan beberapa sumber yang dikutip:
Pengaruh Langsung terhadap Wilayah yang Dilalui
Reaktivasi jalur kereta api secara langsung meningkatkan konektivitas antarwilayah, terutama di daerah yang sebelumnya sulit dijangkau kendaraan umum atau mengalami ketergantungan pada transportasi darat konvensional.
Jalur kereta api yang aktif kembali mendorong kemunculan pusat-pusat ekonomi baru di sekitar stasiun. Warung makan, jasa transportasi lanjutan (ojek, becak), hingga penginapan lokal mulai bermunculan.
Tidak hanya itu, harga tanah dan properti di sekitar rel dan stasiun juga mengalami peningkatan signifikan. Hal ini terjadi karena nilai aksesibilitas kawasan tersebut ikut terdongkrak.
Di beberapa daerah, seperti Garut dan Banjar di Jawa Barat, reaktivasi jalur kereta telah mendatangkan wisatawan yang ingin merasakan nostalgia perjalanan kereta di jalur lama.
Tantangan bagi Angkutan Pedesaan dan Angkutan Kota
Namun, di sisi lain, kemunculan kembali kereta api sebagai moda transportasi massal turut memberi tekanan pada angkutan mobil pedesaan dan angkutan kota. Banyak masyarakat yang beralih ke kereta api karena tarifnya lebih murah, waktu tempuh lebih cepat, serta kenyamanan yang lebih terjamin. Akibatnya, angkot dan mobil pedesaan mulai kehilangan penumpang, terutama pada rute-rute paralel dengan jalur rel.
Baca Juga:Sejumlah Jalan di Garut Drainasenya Tidak Berfungsi dengan BaikReaktivasi di Jabar, Apa Manfaat Naik Kereta Api?
Jika tidak dikelola dengan baik, situasi ini dapat menimbulkan efek domino: pengemudi angkutan kehilangan mata pencaharian, trayek menjadi sepi, dan sistem transportasi mikro di tingkat lokal bisa runtuh.