GARUT – Pasar Ceplak, yang telah menjadi ikon kuliner di Kabupaten Garut sejak tahun 1970-an, pamornya mulai menurun semenjak banyak pengamen yang mengganggu para pecinta kuliner di Garut. Pasar malam yang terletak di Jalan Siliwangi, dari perempatan Jalan Cikuray hingga Jalan Ciledug, dulunya selalu ramai dengan pedagang makanan dan jajanan khas.
Menurut sejarawan Warjita, nama Pasar Ceplak berasal dari kebiasaan warga yang menikmati makanan di tempat tersebut.
“Dari dulu, sepanjang Jalan Siliwangi ini selalu ramai dengan pedagang makanan. Warga Garut yang jalan-jalan di kota atau pengkolan pasti mampir untuk makan di sini. Karena banyaknya orang yang makan, sering terdengar suara ‘ceplak’ atau kunyahan dari mulut mereka. Itulah asal mula nama Pasar Ceplak,” jelas Warjita, Rabu (12/3).
Baca Juga:Garut Plaza Semakin Sepi, Banyak Toko Tutup Jelang LebaranDirektur Kepatuhan Kemenimipas: Pengawasan Internal Kunci Keberhasilan Pelaksanaan Tusi di Pemasyarakatan
Pasar Ceplak yang beroperasi dari pukul 16.00 hingga 22.00 WIB ini menawarkan beragam makanan seperti ayam goreng, sate, martabak manis, kue tambang, hingga soto dengan harga terjangkau. Namun, pasar ceplak juga terkenal dengan banyaknya pengamen yang menggantungkan hidupnya dengan mengganggu kenyamanan pembeli.
Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, yang sudah menyoroti masalah ini dan mengatakan bahwa salah satu penyebab utama menurunnya minat masyarakat adalah ketidaknyamanan akibat keberadaan pengamen dan pengemis.
“Pasar Ceplak ini adalah salah satu tempat legendaris di Garut, tapi sekarang mulai sepi. Banyak pengunjung yang merasa tidak nyaman karena keberadaan pengamen dan pengemis,” ungkap Putri Karlina.
Namun pemerintah melalui tim gabungan Satpol PP dan Cepat Tanggap Hebat (CTH) mulai melakukan penertiban di area Pasar Ceplak. “Kami tidak hanya akan melakukan penertiban, tetapi juga merancang strategi promosi agar Pasar Ceplak kembali ramai dan menjadi pusat kuliner kebanggaan Garut seperti dulu,” tambahnya.(rizki)