GARUT – Dokter rehabilitasi medis, Cahyandari Nurlaelatiningsih mengatakan bahwa setiap orang tua harus mengontrol penggunaan gadget di depan anak-anaknya. Hal itu disampaikannya dalam kegiatan seminar sehari dengan tema “Otak Anak Sehat Terawat untuk Masa Depan Hebat” di Gedung Pendopo Garut, Sabtu (1/2).
Cahyandari menjelaskan bahwa perkembangan otak anak merupakan proses yang berlangsung pesat sejak 18 hari setelah konsepsi hingga usia 2 tahun. Pada periode ini, jaringan otak berkembang dengan sangat cepat, membentuk dasar utama bagi kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik anak.
“Setelah usia 2 tahun, perkembangan mulai melambat, namun struktur jaringan saraf semakin kompleks hingga usia 5 tahun. Pada usia ini, otak mulai melakukan seleksi atau pengguguran jalur saraf yang jarang digunakan,” jelasnya.
Baca Juga:5 Terduga Pebalap Liar di Kadungora Diamankan PolisiPolisi Gerebek 2 Pengedar Pil Koplo di Banyuresmi
Ia mengatakan, salah satu tantangan besar dalam perkembangan anak saat ini adalah masalah bahasa. Cahyandari menekankan bahwa konektivitas otak anak harus optimal agar kemampuan bahasanya berkembang dengan baik, namun berbagai faktor dapat mempengaruhi perkembangan ini, baik dari dalam maupun dari luar.
Adapun faktor internal meliputi riwayat kehamilan, proses kelahiran, faktor genetik, nutrisi, serta kondisi kesehatan anak. Sementara itu, faktor eksternal mencakup stimulasi yang diberikan, pola asuh, serta kebiasaan bermain anak.
“Anak seharusnya mendapatkan stimulasi yang cukup, baik di dalam maupun di luar rumah. Tidak ada alasan anak tidak bisa bermain meskipun berada di dalam rumah. Stimulasi motorik tetap harus diaktifkan,” ujar katanya.
Cahyandari mengungkapkan bahwa salah satu faktor eksternal yang menjadi perhatian utama adalah penggunaan gadget. Penelitian menunjukkan bahwa paparan gadget, terutama di bawah usia 2 tahun, dapat berdampak buruk pada perkembangan otak anak.
“Orang tua harus mengontrol penggunaan gadget di depan anak, karena 30 persen perkembangan otak anak dipengaruhi oleh kemampuannya meniru. Jika anak terbiasa melihat orang tuanya terus-menerus menggunakan smartphone, maka mereka juga akan cenderung mengikuti kebiasaan tersebut,” ungkapnya.
Menurutnya, sebagai alternatif dari gadget, anak sebaiknya lebih banyak bermain secara fisik, terutama dengan aktivitas yang melibatkan sensorik. “Bermain dengan pasir, bola, atau mengeksplorasi lingkungan memberikan stimulasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekadar melihat gambar atau video di layar,” ucapnya.