GARUT – Di usia senja, Ade Suhada (72), seorang penjual cuanki asal Sindang Reret, Kabupaten Garut, tetap berjuang untuk mencari nafkah. Meski tubuhnya sudah tak sekuat dulu akibat stroke yang menyerangnya, ia masih memikul dagangannya dari Pasar Ciawitali hingga Kerkof, dengan mangkal di depan Alfamart Kerkof.
Ade telah berjualan cuanki selama 35 tahun. Setiap pagi, ia memulai aktivitasnya pukul 07.00, memikul bakul cuankinya sambil melangkah pelan. Perjalanan yang dahulu terasa biasa, kini menjadi tantangan berat karena untuk berjalan pun ia harus berjuang per langkah.
“Ti enjing-enjing tabuh 7 dugi ka wayah kieu jam 12 teu acan sa mangkok-mangkok acan (dari pagi-pagi jam 7 sampai saat ini jam 12 belum ada semangkok yang laku),” ujar Ade, menceritakan penghasilan hariannya yang sering kali tak menentu, Rabu (15/1).
Baca Juga:Kadis LH Garut: Kesadaran Masyarakat Terhadap Sampah Sangat Rendah, LH Tidak Bisa Bekerja SendirianWabah PMK Ancam Ternak di Garut, 160 Ekor Terjangkit
Setiap harinya, Ade berjualan hingga pukul 14.00 atau 15.00. Namun, jika tubuhnya sudah terlalu lelah, ia memilih pulang lebih awal dengan menumpang angkot seharga Rp5.000 dan lanjut menggunakan ojek yang tarifnya Rp20.000.
“Tos sesah papah da ngalengkah ge tos hese. Abi kenging stroke taun kamari, da pami teu icalan teu gaduh artos teu aya padamelan deui (sudah susah berjalan, mealngkah juga susah. Saya kena stroke tahun lalu. Kalau tidak jualan gak punya uang, karena tidak ada pekerjaan lain),” tuturnya.
Meski memiliki lima orang anak, Ade memilih untuk tetap mandiri dan tidak bergantung pada mereka. “Putra aya gaduh lima, tapi ah alim ka putra mah, milarian we nyalira,” katanya.
Kisah Ade Suhada adalah potret nyata perjuangan hidup seorang lansia yang pantang menyerah di tengah keterbatasan. Meski usia dan penyakit menjadi penghalang, ia tetap gigih berjualan demi mencari nafkah. Semangat hidup dan kemandiriannya menjadi teladan bagi kita semua untuk tidak menyerah pada keadaan, apapun tantangannya.(rizki)