Industri Kusen Kayu di Garut Merasa Tersaingi oleh Kusen Aluminium

pengusaha kusen kayu (rizkiperatami/Radar Garut)
pengusaha kusen kayu (rizkiperatami/Radar Garut)
0 Komentar

GARUT – Industri kusen kayu saat ini sedang menghadapi tantangan besar akibat persaingan ketat dengan kusen aluminium dan baja ringan. Sejak kehadiran kusen aluminium yang menawarkan harga lebih murah dan proses produksi yang lebih cepat, permintaan terhadap kusen kayu mengalami penurunan drastis. Hal ini diperparah oleh banyaknya proyek perumahan borongan yang beralih menggunakan kusen aluminium.

Seorang pengusaha kayu lokal PD Rizki Mandiri, Maleer, Banyuresmi Garut, Agustian mengungkapkan keluhannya.

“Kami sangat kesulitan bersaing dengan industri kusen alumunium, bukan hanya dari segi harga saja, tetapi juga proses produksi alumunium mungkin yang lebih cepat. Padahal kualitas kayu kan sudah pada tahu lebih unggul dibanding aluminium” ungkap Agus, Rabu (8/1).

Baca Juga:Desa Cintaasih Garut Hotmix Jalan, Kades: Memperlancar Mobilitas WargaAskab PSSI Garut Tanggapi Soal Pemecatan Shin Tae Yong

Kesulitan ini tidak hanya dirasakan oleh pengusaha kayu, tetapi juga pengrajin kayu. Banyak pengrajin kini hanya bekerja memproduksi stok untuk toko, bukan berdasarkan pesanan.

“Kalau stok yang sudah diproduksi seperti kusen, pintu, jendela dan lainnya gak laku terjual dalam seminggu, upah saya tertahan karena nunggu produknya laku duku, ini membuat saya bingung kalau barang belum laku ya saya tetap butuh upah dari produksi stok di toko” ungkap pengrajin kayu, Kamal.

Di sisi lain, pemasok kayu juga menghadapi masalah yang serupa. Banyak toko material menolak membeli kayu, sehingga stok kayu menumpuk baik di gudang maupun di hutan.

“ Kami menebang kayu dari kebun sendiri, tetapi kalau gak laku dan matrial pada nolak, usaha kami gimana kan terancam. Kayu-kayu yang numpuk bukan cuma merugikan, tapi menghambat siklus ekonomi usaha kami,” ujar Dodi bandar kayu lokal Garut Selatan.

Para pengusaha kayu berharap pemerintah dapat turun tangan untuk mengatasi ketimpangan ini. Mereka mengusulkan adanya regulasi yang dapat menyeimbangkan persaingan antara kusen kayu dan aluminium. Selain itu, mereka meminta pemerintah untuk memberikan dukungan, seperti program promosi kusen kayu atau insentif bagi industri kayu agar tidak semakin terpuruk.

“Sebelum kusen aluminium populer kaya sekarang, usaha produksi kayu kebanjiran pesanan, bahkan untuk disini sering lembur juga menyelesaikan pesanan. Kalau sekarang mah kondisinya berbeda, banyak pengusaha dan pengrajin kayu yang ada juga yang gulung tikar,” pungkas Agus.(rizki)

0 Komentar