Penjual Kembang Api Hadapi Tantangan Ekonomi di Malam Pergantian Tahun 2025

penjual kembang api di Bunderan Simpang Lima
penjual kembang api di Bunderan Simpang Lima (Rizki/Radar Garut)
0 Komentar

GARUT – Malam pergantian tahun menjadi momen spesial yang selalu identik dengan keindahan kembang api. Penjual musiman seperti Andriansyah, warga Desa Pangatikan, memanfaatkan kesempatan ini untuk berjualan di Bunderan Simpang Lima, Garut. Namun, ia mengakui ada perubahan signifikan pada tingkat penjualan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Andriansyah, yang telah berjualan sejak 2019, ia mengungkapkan bahwa meskipun malam pergantian tahun tetap menjadi momen puncak penjualan, daya beli masyarakat kini menurun.

“Omset tahun ini agak meleset dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin faktor ekonomi masyarakat yang menurun, jadi berdampak juga ke kami sebagai penjual,” ujarnya, Selasa (31/12).

Baca Juga:Satpol PP Garut Intensifkan Penertiban Petasan, Miras, dan Knalpot BisingTahun 2025, Lapas Garut Akan Rutin Tiap Bulan Gelar Tes Urine, Sebagai Komitmen Memberantas Peredaran Narkoba

Menurutnya, jenis kembang api yang paling diminati pembeli adalah kembang api “bola-bola” yang meledak ke udara. Harga kembang api pun bervariasi, mulai dari Rp40.000 untuk lima ledakan hingga Rp280.000 untuk sepuluh ledakan. Ia memanfaatkan penjualan kembang api karena sudah tradisi yang tidak bisa dihilangkan untuk euforia malam pergantian tahun. Ia mengaku produk yang dijualnya dari toko-toko mainan dan sejenisnya yang berasal dari Bandung

“Saya ambil barang dari toko-toko, rata-rata mereka dapatnya dari Bandung. Tapi sekarang, penjualan di sini juga sepi, persaingan antar penjual sama-sama berat,” tambahnya.

Meski persaingan ketat, Andriansyah dan penjual lainnya tetap mematuhi aturan penjualan kembang api. Mereka tidak menjual petasan yang dilarang oleh pihak kepolisian dan dinilai penjualan kembang api sudah aman tanpa petasan yang dilarang.

“Kami sudah ada izin dari kepolisian dan tidak menjual petasan yang dilarang. Kembang api ini kan sudah tradisi di malam tahun baru, jadi kami tetap berusaha mengikuti aturan, apalagi saya jualan pinggir pos gatur pengamanan dan sudah ada izin dari para polisi disana” jelasnya.

Ketika ditanya soal penurunan penjualan sejak memulai usaha pada 2019, ia menyatakan tetap bersyukur meskipun hasilnya tidak sebesar sebelumnya. “Kami ini kan jualan musiman, jadi meskipun merosot, ya saya syukuri saja. Yang penting tetap ada pembeli” katanya.

Malam tahun baru menjadi tradisi yang terus dirayakan masyarakat, meski tantangan ekonomi memengaruhi daya beli. Para penjual musiman seperti Andriansyah tetap optimis dan berharap pergantian tahun membawa keberkahan baru bagi semua.(rizki)

0 Komentar