Kearifan Lokal Budaya Sunda Mengurangi Potensi Perundungan

istimewa
DR. Moch Ilham Anshory
0 Komentar

Sebelum masuk ke bagian solusi, penulis mengkaji pemicu bullying. Bullying terjadi dilakukan oleh yang memiliki modal/keunggulan/superior kepada yang lemah. Meminjam gagasan habitus Pierre Bourdieu modal itu ada empat yaitu sosial, ekonomi, budaya, dan simbolik. Menurut hemat penulis senioritas termasuk modal simbolik.

Sebagai senior memiliki tempat lebih tinggi dibanding junior. Fashri (2014:1) mengemukakan bahwa, kekuatan simbol mampu menggiring siapapun untuk mempercayai, mengakui, melestarikan atau mengubah persepsi hingga tingkah laku orang dalam bersentuhan dengan realitas.

Dalam konteks perundungan kekuatan simbol dapat menggiring seseorang atau sekelompok orang untuk melestarikan perundungan. Senior dapat berperan untuk melestarikan atau mengubah tradisi negatif terkait perundungan.

Baca Juga:Distribusi Nilai Manfaat Jemaah Haji Tunggu DInaikan BPKH Jadi Rp4,4 TriliunPesawat Trigana Air Tergelincir di Papua, Seluruh Penumpang dan Kru Selamat

Untuk menetralkan rasa senioritas, leluhur sunda sudah memberikan cermin dalam peribahasa asa aing uyah kidul (Romli2011:245). Peribahasa tersebut menunjukkan bahwa kita tidak boleh sombong, dalam konteks ini kesombongan sebagai senior. Kita harus mengamalkan budaya sunda yang egaliter, berdiri sama tinggi duduk sama rendah.

Selanjutnya harus mengamalkan Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh (Maryati, 2010:10). Penulis berdialog dengan Dr. Teddi Muhtadin, peneliti budaya Sunda dari Pusat Digitalisasi Budaya Sunda Unpad. Beliau berpendapat yang harus diutamakan itu silih asah. Penulis sependapat dengan beliau.

Asah berkaitan dengan pemikiran. senior dan junior harus ditanamkan dalam pikiran mereka bahwa bersekolah itu untuk menuntut ilmu. Semua sama menuntut ilmu, tidak ada yang merasa ilmu dan pengalamannya lebih tinggi.

Menjadi pribadi-pribadi yang produktif dan kontributif. Menjadi pelajar yang unggul sesuai dengan kelebihan masing-masing. Menyiapkan diri untuk masa depan yang cerah sehingga tidak menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

Menjadi pribadi-pribadi yang adaptif dengan perkembangan zaman, tanpa meninggalkan nilai-nilai positif yang diwariskan leluhur bangsa Indonesia. Samakan persepsi bahwa tujuan pendidikan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menjadi bagian untuk mencapai Indonesia Emas 2045

Asih. Setelah satu pemikiran maka selanjutnya menumbuhkan rasa kasih sayang. Senior dan junior saling menyayangi dan mengasihi saling menyayangi sesama pelajar. Jika pernah menjadi korban perundungan maka cukuplah sampai pada dirinya, tidak melanjutkan kepada orang lain khususnya juniornya. Ubahlah berbagai perasaan yang negatif dengan perasaan kasih sayang.

0 Komentar