GARUT — Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Garut terus berkomitmen menghadirkan program pembinaan yang humanis dan berkelanjutan bagi warga binaan. Salah satunya melalui kegiatan Pembinaan Keterampilan Seni Tari bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Perempuan yang dilaksanakan secara rutin di Ruang Kunjungan dan Blok Wanita Rutan Garut.
“Kegiatan pembinaan seni tari ini dilaksanakan setiap hari Senin hingga Jumat, dengan pendampingan instruktur seni dari peserta magang yang merupakan lulusan Sarjana Seni Tari. Pendekatan edukatif dan kreatif diterapkan agar materi yang diberikan terarah, mudah dipahami, serta mampu menumbuhkan minat dan partisipasi aktif warga binaan Perempuan,” kata Kepala Rutan Kelas IIB Garut, Muchamad Ismail.
Ia menjelaskan bahwa pembinaan seni tari menjadi bagian dari program pembinaan kepribadian, yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, menyalurkan bakat dan minat, serta membuka ruang ekspresi positif bagi WBP perempuan melalui gerak, irama, dan kebersamaan. Selain sebagai sarana pembelajaran, kegiatan ini juga berfungsi sebagai media rekreasi yang bernilai budaya dan psikologis.
Baca Juga:Rutan Garut Berikan Penyuluhan Psikososial bagi WBP Muda Jelang Kembali ke MasyarakatUPT Pemasyarakatan Se-Garut Raya Peringati Hari Bela Negara ke-77 Tahun 2025
“Dalam pelaksanaannya, WBP perempuan mempelajari berbagai jenis tarian tradisional, diantaranya tari penyambutan Padjajaran, tarian persembahan seperti Tari Merak dan Rampak Kendang, serta latihan senam yang difokuskan pada penguatan kebugaran jasmani, kekompakan, dan koordinasi Gerak,” jelas Ismail.
Ia menegaskan bahwa pembinaan seni memiliki peran strategis dalam proses rehabilitasi dan pemulihan sosial warga binaan, khususnya bagi WBP perempuan.
Menurutnya, seni tari bukan hanya tentang keterampilan gerak, tetapi juga menjadi sarana pembentukan karakter dan kesehatan mental. Melalui seni, warga binaan dilatih untuk mengekspresikan emosi secara positif, membangun rasa percaya diri, serta menumbuhkan disiplin dan kerja sama dalam kelompok.
“Pembinaan seni tari ini kami rancang sebagai ruang aman dan positif bagi WBP perempuan untuk mengekspresikan diri. Di dalamnya ada proses belajar, kedisiplinan, kebersamaan, sekaligus pemulihan mental. Kami ingin warga binaan merasa dihargai sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berkembang,” katanya.
Ismail menambahkan bahwa kegiatan seni juga diharapkan mampu membangun semangat perubahan pada diri warga binaan, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, sudah memiliki bekal kepercayaan diri, sikap positif, serta kemampuan beradaptasi yang lebih baik.
