GARUT – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), sejumlah harga kebutuhan pokok di Kabupaten Garut mengalami kenaikan.
Komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga diantaranya daging ayam broiler, telur ayam, aneka cabai, serta bawang.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kabupaten Garut, Ridwan Effendi, menyampaikan kenaikan harga paling signifikan terjadi pada komoditas cabai rawit merah.
Baca Juga:197 Warga Garut Terjebak Bencana Aceh-Sumatera, Pemkab Rencanakan Pemulangan Menggunakan BusUsai Aksi APDESI Bongkar Masalah Dana dan Program Desa, Pemkab Garut Bentuk Tim untuk Cari Solusi
“Untuk cabai rawit merah kenaikannya cukup tinggi, sekitar 11,7 persen. Saat ini harga rata-rata di pasar mencapai Rp81 ribu per kilogram,” ujar Ridwan Effendi, Senin (15/12).
Ia mengatakan, kenaikan harga cabai rawit merah sudah terjadi sejak minggu lalu. Sementara, untuk cabai rawit hijau mengalami kenaikan meski tidak setinggi cabai rawit merah. “Cabai rawit hijau naik sekitar 4,5 persen,” katanya.
Selain cabai, harga daging ayam broiler juga mengalami peningkatan harga. Menurut Ridwan, harga ayam broiler naik sekitar 3,5 persen.
“Harga ayam broiler naik menjadi Rp39.500 per kilogram dari sebelumnya Rp38.167, jadi ada kenaikan sekitar Rp1.300,” katanya.
Ridwan mengungkapkan, kenaikan harga ini berpotensi terus berlanjut hingga perayaan Nataru bahkan sampai Januari 2026.
“Ya, walaupun tingkat kenaikanya belum bisa dipastikan mengingat kondisi cuaca yang sangat ekstrim sehingga dibeberapa tempat itu belum pada musim panen, itu salah satu faktornya,” ungkapnya.
Meski terjadi kenaikan harga, Ridwan memastikan bahwa ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Garut dalam kondisi relatif aman.
Baca Juga:Kades dan Perangkat Desa Geruduk DPRD Garut, APDESI Soroti Dana Desa hingga MBGRumah Wangsih Janda Tua di Leles Ludes Terbakar, Yudha Anggota DPRD Garut Minta Pemkab Berikan Bantuan
“Secara ketersediaan relatif aman. Hanya saja permintaan sangat tinggi di akhir tahun, baik dari rumah tangga maupun industri makanan dan minuman,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Ridwan, tingginya aktivitas program Makan Bergizi Gratis (MBG) tahun ini turut mempengaruhi peningkatan permintaan komoditas pangan, sehingga berdampak pada peningkatan harga.
“Tahun ini aktivasi MBG cukup tinggi. Jika dibandingkan tahun lalu menjelang Nataru, perkembangan harga sekarang lebih tinggi karena permintaannya meningkat,” lanjutnya.
Meski demikian, Ridwan menambahkan, kondisi tersebut memberikan dampak positif bagi para petani. Tingginya permintaan membuat hasil panen komoditas pangan terserap dengan baik.
“Jadi satu sisi para petani juga diuntungkan dengan adanya MBG, sangat diuntungkan. Jadi mereka disaat panen komoditinya banyak diserap,” pungkasnya. (Ale)
