DPRD Ungkap Lahan di Garut Tersisa Hanya 40%, Kondisi Masuk Zona Kritis

DPRD Ungkap Lahan di Garut Tersisa Hanya 40%, Kondisi Masuk Zona Kritis. (ilustrasi lahan)
DPRD Ungkap Lahan di Garut Tersisa Hanya 40%, Kondisi Masuk Zona Kritis. (ilustrasi lahan)
0 Komentar

GARUT – Kabupaten Garut, merupakan wilayah yang memiliki lahan sangat luas, dikelilingi dengan berbagai pegunungan, sehingga pasti mengalami kerusakan lahan yang bisa mengakibatkan bencana alam terjadi.

Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRD Kabupaten Garut dari Komisi II, Dadan Wandiansyah, mengatakan bahwa kerusakan lahan di Garut sudah termasuk kedalam kategori kritis, salah satu faktor penyebabnya akibat ulah manusia.

“Bahwa kerusakan hutan di Kabupaten Garut itu memang sudah masuk ke dalam kategori kritis. Nah itu dengan berbagai aspek alasan mengapa hutan yang ada di Kabupaten Garut ini terjadi kerusakan, memang ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan, memang salah satunya akibat ulah manusia,” katanya saat dihubungi belum lama ini.

Baca Juga:Zona Ekonomi Inklusif Jadi Konsep Revitalisasi Pasar Baru Garut di 2026Cushion yang Bikin Kulit Terlihat Sehat & Flawless dalam Hitungan Detik: Solusi Anti Ribet untuk Makeup Harian

Dadan menjelaskan, bahwa Fungsi hutan ini banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti mata air, ekosistem, penyerapan air, karbon dioksida, namun akibat perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab banyak alih fungsi lahan terjadi di Garut.

“Fungsi hutan itu kan salah satunya fungsi penyerapan air, fungsi mata air juga, fungsi ekosistem juga, karbon dioksida dan sebagainya tapi dengan orang yang tidak berpikir panjang ini, pertamanya kan merabah untuk merabah hutan itu kan,” jelasnya.

Kerusakan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah Garut bukan hanya berdampak pada kondisi lingkungan, tetapi juga memicu perubahan pola pemanfaatan ruang oleh masyarakat sekitar.

Di tengah tekanan kebutuhan ekonomi dan semakin sempitnya lahan produktif, sebagian warga akhirnya terlibat dalam aktivitas pemanfaatan area bekas hutan yang telah ditebang.

“Ya kemudian diikuti dengan pola-pola itu juga masyarakat dengan memanfaatkan lahan-lahan yang tadinya sudah ditebang oleh para pelaku perabah hutan untuk dijadikan lahan untuk bertani, palawija dan lainnya,” jelasnya.

Wilayah lahan yang paling kritis di Garut, menurut Dadan, semua lahan di Garut memang kritis, diperkirakan hanya tersisa 40%, namun 40% itu juga posisinya sudah kritis, contoh seperti pegunungan sudah tergerus akibat aktivitas manusia.

“Kalau berbicara yang paling kritis, semua lahan di kabupaten Garut itu semua kritis. Jadi dari keseluruhan ini, kalau saya berpikir ini kita hanya ada tersisa 40 pereen, itu pun kondisinya yang 40 persen juga kan posisi juga sudah terjadi, hampir semua lahan yang ada di Garut itu sudah kritis, secara minimal pengunungannya ini sudah tergeruskan dengan berbagai aktivitas,” ungkapnya.

0 Komentar