Delapan Tahun Terakhir, Garut Dikepung 1.887 Bencana Alam

Longsor Timbun Jalan di Jatiwangi Garut
Longsor Timbun Jalan di Jatiwangi Garut. (Istimewa)
0 Komentar

Ia menjelaskan bahwa Garut rawan terjadinya longsor dan gempa karena banyaknya sesar minor aktif dan keberadaan Garsela dan sumber gempa pada zona subduksi di bagian selatan Garut dan banyaknya lereng curam serta jenis bebatuan yang memiliki sifat mudah mengembang saat terkena air.

Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Garut cukup mengkhawatirkan, banyak DAS belum memiliki tanggul dan terdapat permukiman di area sempadan sungai dan dataran banjir, hal ini memperbesar resiko banjir terutaka banjir bandang seperti di sungai Cimanuk.

“Perubahan tata ruang yang seharusnya sempadan sungai dijadikan bangunan, gedung, dan perkumiman serta kurangnya lahan hijau,” ujarnya.

Baca Juga:Zona Ekonomi Inklusif Jadi Konsep Revitalisasi Pasar Baru Garut di 2026Cushion yang Bikin Kulit Terlihat Sehat & Flawless dalam Hitungan Detik: Solusi Anti Ribet untuk Makeup Harian

BPBD memperkirakan bahwa perubahan iklim sangat berpengaruh besar sekaligus meningkatkan potensi terjadinya bencana hingga 30 persen pada tahun 2030.

Abud juga menerangkan, bahwa dalam 5 sampai 10 tahun kedepan diprediksi wilayah selatan Kabupaten Garut dan daerah yang dilalui oleh aliran sungai semakin rentan terjadinya bencana.

Pihaknya menilai bahwa mitigasi yang perlu diproritaskan diantaranya edukasi kepada masyarakat, pembuatan regulasi berbasis kebencanaan, sosialisasi kebencanaan serta mitigasi struktural.

Ia menambahkan terkait standar permukiman aman di wilayah Garut itu yakni rumah panggung. “Karena lebih tahan terhadap gerakan tanah dan gempa bumi,” terangnya. (Ale)

0 Komentar