Rutan Garut Gelar Kelas Lawan Buta Huruf, Enam Warga Binaan Mulai Belajar Membaca

istimewa
Rutan Garut Gelar Kelas Lawan Buta Huruf, Enam Warga Binaan Mulai Belajar Membaca
0 Komentar

GARUT – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Garut kembali menegaskan komitmennya dalam menjalankan pembinaan yang humanis dan berkelanjutan melalui program Kelas Lawan Buta Huruf. Kegiatan yang dipusatkan di Mushola Rutan Garut tersebut diikuti oleh enam orang warga binaan yang masih belum memiliki kemampuan membaca dan menulis.

Program pembelajaran dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dan dipandu oleh peserta magang yang berkolaborasi dengan jajaran Pelayanan Tahanan Rutan Garut. Dalam pelaksanaannya, warga binaan diperkenalkan pada huruf-huruf dasar, mulai dari abjad hingga pengenalan konsonan, dengan metode bertahap dan pendekatan personal agar materi mudah dipahami.

Kepala Rutan Kelas IIB Garut, Muchamad Ismail menegaskan bahwa pemberantasan buta huruf merupakan bagian penting dari pembinaan kepribadian yang menjadi prioritas pihaknya. Menurutnya, kemampuan membaca dan menulis adalah hak dasar setiap warga, termasuk warga binaan.

Baca Juga:9 Ribu Kader Ansor-Banser Lahir di GarutDelegasi Malaysia Pelajari Model Pemberdayaan PNM, Batik Garut CeuRia Jadi Sorotan

“Kami melihat bahwa literasi dasar adalah fondasi utama dalam proses pembinaan. Ketika seseorang tidak bisa membaca dan menulis, maka akses mereka terhadap pengetahuan, informasi, dan keterampilan lain menjadi sangat terbatas. Karena itu, kami hadirkan kelas ini sebagai bentuk tanggung jawab moral dan institusional,” ujar Ismail.

Ia menambahkan, Kelas Lawan Buta Huruf tidak hanya bertujuan mengajarkan kemampuan akademik dasar, tetapi juga membangun kembali rasa percaya diri warga binaan yang selama ini merasa tertinggal secara pendidikan.

“Di balik keterbatasan itu, kami melihat semangat mereka untuk belajar sangat besar. Ini bukan sekadar belajar mengenal huruf, tetapi membuka pintu bagi perubahan hidup. Kami ingin mereka keluar dari sini bukan hanya bebas secara fisik, tetapi juga memiliki bekal untuk hidup lebih baik di masyarakat,” tegasnya.

Ismail juga menekankan bahwa program literasi ini sejalan dengan arah kebijakan pemasyarakatan yang menempatkan pembinaan sebagai sarana rehabilitasi sosial, bukan semata-mata penahanan.

“Kami berkomitmen menghadirkan pembinaan yang bermartabat dan berorientasi pada masa depan warga binaan. Dengan kemampuan literasi, mereka akan lebih siap mengikuti program pembinaan lanjutan, baik keterampilan kerja maupun pendidikan nonformal lainnya,” jelasnya.

0 Komentar