GARUT – Anjloknya nilai Tes Kemampuan Akademik (TKA) khususnya pada pelajaran Matematika 2025 tengah menjadi perbincangan publik saat ini, hal tersebut langsung dirasakan dampaknya oleh para siswa di Kabupaten Garut.
Mereka yang baru saja mengikuti TKA mengaku terkejut dengan tingkat kesulitan soal, sekaligus merasa persiapan yang diberikan sekolah maupun sistem secara keseluruhan masih jauh dari cukup.
Seorang siswa SMA di Garut mengungkapkan, TKA ini terasa menghantam mental peserta yang mengikutinya, pasalnya TKA dianggap mendadak dilakukan tanpa persiapan atau bimbingan sebelumnya.
Baca Juga:PHRI Garut: Dua Badai Lebih Parah dari Pandemi, Pendapatan Turun 30 PersenImbas Larangan Study Tour, Kunjungan Wisata Garut Turun Drastis
“Ini kan soalnya mendadak, terus persiapannya juga benar-benar mepet. Terus abis liat berita nilai matematika jeblok banget, ya wajar, soalnya itu pakai nalar, bukan yang dipelajari di sekolah,” ungkap Nida (nama disamarkan).
Menurutnya, karakter soal TKA jauh lebih menuntut logika dibandingkan materi rutinitas di kelas. “Daya nalarnya itu lebih tinggi we soalnya teh. Nilai mah belum tau, karena kan nilai keluarnya Januari. Terus gak ada bimbingan TKA dulu,” tambahnya.
Keluhan serupa juga datang dari siswa SMK. Mereka merasa TKA tidak relevan bagi mereka yang menganggap SMK bisa siap kerja berbeda dengan SMA, menurutnya TKA harusnya dilakukan sejak duduk di kelas 11 atau sebelum akhir sekolah di kelas 12.
“Kalau anak SMK mah lebih ke teknis ya. Kata aku mah gak penting TKA, soalnya anak SMK itu siap kerja. Harusnya TKA itu buat yang mau kuliah. Penempatannya juga salah, jangan di akhir kelas 12,” kata Nesya (nama disamarkan) siswa SMK.
Ia menilai pelaksanaan TKA bertepatan dengan masa Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi siswa SMK, sehingga tidak ada ruang belajar yang memadai. “Jadi ngedadak, gak ada persiapan. Jadinya mah ngitung kancing, gak berharap apa-apa. Anjlok pasti, apalagi matematika, aku juga gak suka,” ujarnya.
Mutu Pengajaran Jadi Polemik
Sebelumnya menurut informasi yang dihimpun dan menjadi perbincangan saat ini, terkait Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti yang menegaskan bahwa rendahnya hasil Tes Kompetensi Akademik (TKA) tidak boleh dikaitkan dengan anggapan bahwa murid bodoh.
