RADARGARUT.ID – Pada Sabtu, 15 November 2025 kemarin, Keraton Surakarta Hadiningrat telah melakukan upacara naik tahta yang bernama Jumenengan nata binayangkare Sampeyandalem Ingkang Sinueun Kanjeng Susuhanan (SISKS) Pakoe Boewono (PB) XIV.
Upacara adat keraton mataram ini berlangsung untuk mendudukan Gusti Purbaya sebagai Pakubuwono XIV menggantikan almarhum Pakubuwono XIII. Acara nya dilakukan di area sakral dalam keraton Solo tersebut.
Gusti Purbaya menyampaikan Sabda Dalem dan ikrar kepemimpinan di atass batu keramat yang dikenal sebagai Watu Gilang.
Baca Juga:Rizky Ridho Masuk Nominasi Puskas Awards 2025: Sejarah Baru untuk Sepak Bola IndonesiaSiap Dibanjiri Keberuntungan? Intip lebih dalam ramalan shio macan di tahun 2026
Watu Gilang : Batu sakral nan mistis
Watu Gilang terletal di area Siti Hinggil dalam kompleks Keraton Kasunanan Surakarta. Saat prosesi Jumenengan, titik paling sakral adalah Ketika Pakubuwono XIV berdiri di atas batu ini dan membacakan Sabda dalem.
Batu ini sering di sebut misits karena ekstensinya yang erat berhubungan dengan spiritual, gaib, atau hal hal yang tidak dapat dijelaskan secara logika. Watu Gilang dipercaya sakral dan memiliki kekuatan gaib karena Abdi Dalem Keraton mempersembahan bunga sesajen setiap Waktu tertentu.
Saat prosesi upacara, di atas watu Gilang ini Pakubuwono XIV menyampaikan bahwa Watu gilang bukan batu biasa. Dipilih sebagai Panggung ritual Utama karena batu ini merupakan symbol warisan spritiual dan kekuasaan kerajaan.
Tiga Janji Agung
Dalam prosesi Sabda dalem dan ikrar yang disampaikan secara terbuka, Pakubuwono XIV menegaskan tiga pilar Utama kepemimpinanya:
- Memimpin dengan landasan syariat Islam dan paugen keraton (aturan adat) agar tradisi dan agama bisa berjalan beriringan.
- Menunjukan loyalitas terhadap Negara Republik Indonesia secara lahir dan batin, sebagai bagian dari tugas keraton pada zaman modern.
- Menjaga dan melestarikan warisan budaya mataram, mulai dari upacara adat, seni tradisi, dan identitas keraton sebagai institusi budaya.
Prosesi Penobatan yang penuh makna
Upacara naik tahta berlangsung secara tertutup di Dalem Geng Prabasuyasa sebelum keraton membuka Sebagian prosesi ke public.
Pada siang hari, Pakubuwono XIV keluar dan menjalani ritual Upacara Keprabon dari pintu Kori Kemadungan menuju Siti Hinggil, diiringi abdi dalem dan pusaka keraton.
