Jejak Rakeyan Sancang di Gunung Nagara Garut, Bertemu Sayydina Ali Tertukar dengan Kisah Prabu Kian Santang

Komplek makam di Gunung Nagara
Komplek makam di Gunung Nagara
0 Komentar

Di Gunung Nagara ditemukan batu nisan yang bertuliskan huruf Arab Gundul, dan ada keterangan waktu yang disinyalir semasa dengan zaman Rasulullah dan para sahabat.

Klaim ini menurut Rahman juga sudah banyak dikuatkan oleh sejarawan dan budayawan sunda dan bahkan sudah dibahas dalam sebuah webinar oleh para budayawan Jawa Barat. Katakan saja misalnya Irjen Pol (Purn) Dr. Anton Charliyanm,M.P.K.N.

Kisah ini juga menurutnya secara resmi sudah dibuatkan dalam film dokumenter Gunung Nagara, yang diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut, bekerjasama dengan Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut.

Baca Juga:Babak 12 Besar Liga 4 Seri 1, Persigar Sukses Tumbangkan PSB Bogor Ditengah Gempuran Transportasi Online, Arif Bertahan Menjadi Sopir Angkot Meski Penghasilan Menurun Drrastis

Silsilah Rakeyan Sancang

Rahman menyebut, berdasarkan naskah Wangsakerta, Rakeyan Sancang sendiri Lahir sekitar Tahun 591 Masehi , 20 Tahun lebih muda dari Rosulullah.

“Rakeyan Sancang merupakan Pernikahan diluar istana sehingga tidak diakui pihak istana Kerajaan,” ujarnya.

Ia merupakan Putra Prabu Kertawarman raja Tarumanagara ke-8 dari seorang putri rakyat biasa bernama Arum Honje atau Setyawati anak seorang Petani Penebang Kayu bakar ( Wang amet Samidha), di Hutan Sancang di tepi sungai Cikaengan Yang bernama Ki Prangdami dan istrinya Nyi Sembada Siwi Candradiwangsa.

“Adapun Pertama kali Rakeyan Sancang pergi ke Tanah Arab sekitar Tahun 641.Masehi, bertujuan untuk bertemu dan Menguji Sayydina Ali bin Abi Thalib. Kalau menang akan dijadikan sahabat, kalau kalah akan dijadikan Guru sebagai mana kebiasaanya di Tatar Sunda. Namun beliau kalah dan menjadikan Sayydina Ali Sebagai Guru dan Panutanya,” ujar Rahman.

Kemudian, di tahun 644 M Sampai dengan Tahun 650 Masehi, Rakeyan Sancang mengikuti syiar Islam untuk menaklukkan Tripoli, Cyprus dan Afrika Utara, serta Mesir dan Afganistan. Karena ketangkasan dan kemahirannya dalam berperang.

“Beliau dijuluki Satria dari Negeri Hind ( Jawadwiva ) yang lebih kuat dari 100 orang Arab. Kemudian Ketika kembali ke Gunung Nagara Mendirikan Kadatuan Suramandiri. Di saat itu karena dianggap sebagai ancaman, sehingga Gunung Nagara sempat diserang oleh Sudhawarman raja Tarumanagara ke-9 adik kandung Kertawarman. Tapi berhasil dihalau bahkan Sang Raja hampir tewas di tangan Rakeyan Sancang dan pasukannya,” katanya.

0 Komentar