Ditengah Gempuran Transportasi Online, Arif Bertahan Menjadi Sopir Angkot Meski Penghasilan Menurun Drrastis

Angkutan Kota (angkot) 16 terpantau sepi penumpang. (Ale/Radar Garut)
Angkutan Kota (angkot) 16 terpantau sepi penumpang. (Ale/Radar Garut)
0 Komentar

GARUT – Arif, salah seorang sopir Angkutan Kota (angkot) 16 jurusan perumahan cempaka indah – bunderan suci – terminal – simpang lima – lewidaun – maktal – ciledug, mengaku pendapatanya terus menurun akibat adanya berbagai macam layanan transoprtasi online seperti Gojek, Grab dan lainya.

Arif mengungkapkan, bahwa penurunan penghasilan tersebut sebernarnya sudah lama ia rasakan semenjak adanya transportasi online. Namun, penurunan tersebut semakin hari justru semakin parah.

“Kurang lebih sudah 9 tahun (jadi sopir angkot) dari dulu memang sudah terasa pengurangan, tapi dulu masih bisalah bawa Rp 50 atau Rp 60 ribu, sekarang dapat Rp 50 ribu saja susah,” ungkap Arif, saat diajak berbincang sembari mengendari angkotnya, Rabu (12/11).

Baca Juga:Pemkab Garut Ajak Lulusan Keperawatan Berkontribusi dalam Pembangunan DaerahPolwan Turut Kawal Aksi Buruh di Garut, Pengamanan Berlangsung Kondusif

Selain bersaing dengan transportasi online, menurut Arif ia juga harus bersaing dengan angkot jurusan yang sama lainya. “Banyak, ada sekitar 43 angkot 16 sekali jalan, paenggal-enggal weh ieumah saha nu kenging penumpang kitu,” katanya.

Ia menyampaikan, bahwa angkot yang ia kendarai untuk mencari nafkah itu merupakan milik salah seorang bosnya, artinya Arif harus menyetorkan uang kepada pemilik angkot setiap harinya.

“Engga, ada bosnya. Sehari setor Rp 100 ribu, kalau lebih ya itu untungnya, kalau kurang ya terpaksa harus nombok,” ujarnya.

Ia menjelaskan, bahwa saat ini ia hanya mampu membawa uang lebih sekitar Rp 25 sampai dengan Rp 35 ribu setiap harinya. “Boro-boro ratusan, paling juga 25 ribuan, paling besar 35 ribuan lah,” jelasnya.

Arif mengatakan, ia bisa menarik penumpang banyak hanya saat jam berangkat sekolah dan bubaran sekolah saja, selain itu dalam satu kali keliling rute perjalanan ia hanya menghasilkan uang sekitar Rp 10 sampai Rp 15 ribu saja.

“Paling banyak penumpang itu anak sekolah, kalau berangkat dan pulang saja. Kalau bukan anak sekolah ya paling sekali muter jalan dapat 15 ribuan saja,” katanya.

Meski begitu, ia tetap bertahan menjalani profesi tersebut lantaran menurutnya tidak ada pilihan lain selain menjadi sopir angkot. “Mau gimana lagi, tidak ada pilihan lain, dijalani saja demi nafkahi keluarga di rumah,” pungkasnya.

Baca Juga:Hindari Merokok di Jalan! Sat Lantas Garut Ingatkan Bahaya dan SanksinyaPeriode Oktober hingga Awal November 2025, Garut Dikepung 90 Kejadian Bencana Alam

Pantauan dilapangan beberapa angkot 16 memang sepi penumpang, terlihat hampir 3 angkot yang melewati bunderan suci terpantau tidak satupun membawa penumpang. (Ale)

0 Komentar