GARUT – Perusahaan manufaktur asal Korea Selatan yang berlokasi di Kampung Karangmekar, Desa Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, telah berdiri sejak 11 tahun lalu. Meski kehadiran perusahaan ini semestinya membawa manfaat bagi masyarakat sekitar, namun sejumlah warga menilai dampaknya belum sepenuhnya dirasakan.
Ketua RW 08 Kampung Karangmekar, Yanyan Cahyana menyampaikan bahwa keberadaan perusahaan di wilayahnya seharusnya memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat, baik dalam bentuk dukungan kegiatan sosial maupun pemberdayaan ekonomi warga.
“Kalau dibilang ada manfaatnya, memang ada. Tapi belum maksimal. Harusnya kalau ada kegiatan masyarakat seperti PHBN atau PHBI, pihak perusahaan bisa ikut berkontribusi. Kenyataannya, kalau kami minta bantuan pun sering dipersulit,” ujar Yanyan saat ditemui di kediamannya.
Baca Juga:Di Balik Hadirnya Pabrik di Garut: Sebagian Warga Kehilangan Ladang PenghidupanPerjalanan Iwan Cetak Rekor MURI, Seniman Berperan Besar Membangun Identitas dan Kebanggaan Daerah!
Menurut Yanyan, perusahaan tersebut jarang memberikan peluang kerja bagi laki-laki di lingkungan RW 08, meski alamat perusahaan berada di wilayahnya.
“Untuk tenaga kerja perempuan memang banyak yang diterima, tapi untuk laki-laki sulit sekali. Padahal di sini banyak pemuda yang masih menganggur,” ungkapnya.
Ia menambahkan, berdasarkan informasi yang diterimanya, proses rekrutmen tenaga kerja pun tidak menjadi prioritas bagi warga Desa Ciburial.
“Kalau perusahaan butuh empat orang misalnya, itu tidak semua dari Ciburial. Biasanya hanya satu orang dari sini, sisanya dibagi ke wilayah lain sesuai kebijakan perusahaan,” jelasnya.
Terkait pengelolaan limbah, Yanyan menjelaskan bahwa limbah dari kantin sudah dikelola di dalam perusahaan, sedangkan limbah produksi dibawa keluar untuk diolah di tempat lain.
“Kalau limbah makanan dikelola di pabrik, jadi tidak berdampak ke warga. Tapi limbah produksi katanya dibawa keluar, jadi kami tidak tahu pasti,” katanya.
Namun, ia mengaku warga kerap terganggu oleh suara bising dari mesin pengolahan air limbah, terutama pada malam hari.
Baca Juga:Akibat Korsleting Listrik, 2 Rumah Hangus Terbakar di Singajaya GarutPerda PKL Masih Dibahas, DPRD Garut Janjikan Rampung Bulan Ini
“Suara mesin pengolahan limbah itu terdengar jelas di malam hari dan sering dikeluhkan warga sekitar. Kalau ada kebocoran, biasanya juga menimbulkan bau yang menyengat,” ungkapnya.
Meski demikian, Yanyan tidak menampik adanya dampak positif dari keberadaan perusahaan tersebut. Beberapa warga mendapat kesempatan berdagang di sekitar area pabrik, sehingga bisa menambah penghasilan keluarga.
