GARUT – Perusahaan Manufaktur di sekitar Kampung Mekar, Desa Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, membawa dampak ekonomi yang beragam bagi masyarakat sekitar. Di satu sisi, kehadiran pabrik tersebut membuka lapangan kerja baru, namun di sisi lain, ada pula warga yang kehilangan mata pencaharian lamanya.
Salah satunya dialami oleh Eli, warga Kampung Karangmekar. Ia menuturkan, sebelum tahun 2014 dirinya bekerja sebagai petani penggarap di lahan milik orang lain. Namun setelah lahan yang digarapnya dibeli pihak perusahaan, ia pun secara otomatis kehilangan pekerjaan.
“Dulu saya garap kebun, nanam jagung, kacang, kadang sayuran seperti sawi. Tapi setelah lahannya dibeli, saya sempat kerja di proyek pembangunan pabrik. Setelah proyek selesai, ya sekarang nganggur, tidak ada pekerjaan tetap lagi,” kata Eli.
Baca Juga:Perjalanan Iwan Cetak Rekor MURI, Seniman Berperan Besar Membangun Identitas dan Kebanggaan Daerah!Akibat Korsleting Listrik, 2 Rumah Hangus Terbakar di Singajaya Garut
Eli mengaku, saat masih menjadi petani, dirinya biasa panen setiap dua hingga tiga bulan sekali. Penghasilannya pun tidak menentu, bergantung pada hasil panen.
“Kalau lagi bagus panennya bisa dapat dua juta atau satu setengah juta. Tapi kalau jelek paling sekitar sejuta,” tuturnya.
Sejak dua tahun terakhir, Eli mencoba bertahan hidup dengan berjualan makanan ringan di sekitar area pabrik setiap pagi, mulai pukul 03.00 hingga 07.30 WIB. Namun, hasil yang diperoleh jauh dari cukup.
“Sekarang saya jualan di depan perusahaan, jajanan biasa. Kalau lagi ramai bisa dapat dua ratus ribu, tapi itu juga belum tentu untung, kadang malah rugi karena modalnya enggak ketutup. Kalau sepi paling seratus lima puluh ribu,” jelasnya.
Meski demikian, Eli tidak banyak menuntut. Harapannya sederhana, agar anak laki-lakinya bisa mendapat pekerjaan tetap, terutama di pabrik yang tak jauh dari rumahnya.
“Saya mah sekarang cuma berharap anak laki-laki saya bisa kerja, kalau bisa di Perusahaan karena dekat. Sekarang dia kerja di Cianjur, baru beberapa hari,” pungkasnya. (Muhamad Rizka)
