GARUT – Di balik perbukitan hijau Kabupaten Garut, Jawa Barat, terdapat sebuah perkampungan kecil yang menyimpan kisah unik dan langka.
Nama Kampungnya Ciburuy, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, sebuah perkampungan tenang yang dikenal masyarakat luas karena sebagian warganya terlahir dengan kondisi albinisme.
Albinisme atau sering disebut albino, yaitu kelainan genetik yang menyebabkan kekurangan pigmen pada kulit, rambut, dan mata.
Baca Juga:Pastikan Tak Hanya Bergizi tapi Juga Aman, Sidokkes Polres Garut Periksa Menu SPPGPencuri Motor di Depan Masjid Berhasil Diringkus Polsek Cisompet, Pelaku Gunakan Kunci Letter T
Secara kasat mata, keturunan albino terlihat layaknya orang eropa, kulitnya yang putih seperti susu, rambut pirang, dan mata yang coklat terang.
Fenomena ini membuat Kampung Ciburuy sering dijuluki sebagai “Kampung Albino”. Bagi masyarakat sekitar, keberadaan warga berkulit putih pucat ini bukanlah hal baru.
Menurut cerita turun-temurun, kondisi tersebut sudah ada sejak masa nenek moyang mereka.
Sebagian warga percaya bahwa gen albinisme di Ciburuy mungkin berasal dari keturunan “Sunda-Walanda” sebutan untuk warga Belanda yang dahulu pernah bermukim dan berinteraksi dengan penduduk setempat pada masa kolonial.
Letak kampung yang dulu relatif terpencil membuat gen ini terus bertahan dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Menariknya, Ciburuy juga dikenal dengan tradisi larangan bagi pendatang untuk memasuki wilayah kampung pada hari Jumat dan Sabtu.
Masyarakat luar mungkin menganggapnya aneh, namun bagi warga setempat, tradisi ini sudah menjadi bagian dari identitas dan kearifan lokal.
Baca Juga:Dispora Garut Akan Tinjau Ulang Fungsi Jogging Track SOR CiateulPT Danbi Dinyatakan Pailit, Pemkab Garut Tangani Ratusan Pekerja Terdampak
Meski alasan pastinya tidak diketahui secara pasti, sebagian warga mengaitkannya dengan kepercayaan leluhur yang menganggap dua hari tersebut sebagai waktu sakral untuk berdoa dan menjaga ketenangan kampung.
Selain keunikannya, Ciburuy juga menyimpan situs-situs bersejarah dan naskah kuno yang masih dijaga dengan baik oleh warga. Kehidupan masyarakat di sana berlangsung sederhana.
Warga hidup rukun, menjaga gotong royong, dan memelihara warisan budaya yang sudah turun-temurun. Anak-anak dengan albinisme tumbuh dan bergaul seperti anak-anak lainnya, tanpa merasa berbeda.
Kisah Ciburuy menjadi pengingat bahwa di setiap pelosok Indonesia selalu ada cerita menarik yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya bangsa.
Jika suatu saat berkunjung ke Garut, sempatkan menelusuri pesona Ciburuy tentu saja dengan menghormati aturan dan tradisi yang berlaku di sana.(*)
