Satgas MBG Ungkap Penyebab Keracunan Kadungora Jilid 1

Rizki Peratami/Radar Garut
Korban Keracunan di Kadungora Jalani Perawatan
0 Komentar

Garut – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut yang juga bertugas sebagai Satgas Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Nurdin Yana, mengungkapkan terkait proses pemeriksaan sampel dan hasil laboratorium dalam kasus dugaan keracunan massal siswa di Kecamatan Kadungora beberapa waktu lalu.

Menurut Nurdin, perbedaan waktu antara kejadian dengan pengambilan sampel menjadi salah satu kendala. Ia menjelaskan, mestinya bahan makanan yang diperiksa adalah sisa dari hari ketika kejadian berlangsung. Namun, karena makanan tersebut sudah habis, sampel yang bisa diambil justru berasal dari hari berikutnya.

“Kalau kemarin jadi gini, informasinya itu ketika terjadi mestinya bahan itu yang diambil itu yang hari kemarin, karena kejadiannya masuknya hari berikutnya, sehingga stok atau bank makanannya itu sudah tidak ada. Sehingga diambil lah ketika ada apa-apa yang hari berikutnya, dan ternyata itu kan negatif hasilnya,” kata Nurdin, Jumat (3/10).

Baca Juga:Pemkab Garut Usulkan Flyover Kadungora Untuk Atasi KemacetanKeracunan Massal Terulang di Kadungora, DPRD Garut Desak Penanganan Serius

Ia menambahkan, kejadian keracunan itu berlangsung pada 16 September. Namun ketika dilakukan upaya pelaporan ke laboratorium, sisa makanan yang bisa dijadikan sampel sudah tidak tersedia.

“Jadi waktu kejadian itu kan berjalannya tanggal 16. Nah, mestinya ada bank makanan yang bisa diambil ketika ada apa-apa untuk kemudian kita laporkan ke lab. Ternyata contoh sampel itu sudah tidak ada karena sudah habis,” tambahnya.

Selain itu, Nurdin mengungkapkan, sampel muntahan korban yang dikirimkan pun tidak diterima oleh Labkesda Jawa Barat. Hal ini semakin mempersempit ruang analisis laboratorium untuk memastikan penyebab keracunan.

“Keputusan bahwa itu dari sayuran dan olahan ayam, hasil pemeriksaan verifikasi awal observasi diasumsi bahwa itu yang ada. Nah, sampelnya nggak ada begitu. Kemungkinan besar sampel yang ada itu adalah sampel yang hari berikutnya, yang ada stoknya, sehingga memang kategorinya negatif,” ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, kata Nurdin, hasil pemeriksaan laboratorium tidak dapat dijadikan acuan penuh untuk menyimpulkan penyebab keracunan. Ia menyebut bahwa temuan awal hanya sebatas asumsi berdasarkan observasi lapangan, bukan hasil uji sampel makanan saat kejadian.

0 Komentar