Keracunan Massal Terulang di Kadungora, DPRD Garut Desak Penanganan Serius

Ketua DPRD Garut Aris Munandar tanggapi kasus keracunan massal
Ketua DPRD Garut Aris Munandar tanggapi kasus keracunan massal
0 Komentar

GARUT – Keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Namun di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbeda dengan kasus keracunan pertama, karena ini merupakan kedua kalinya kasus keracunan sehingga ini menjadi atensi khusus semua pihak.

Kasus keracunan MBG kedua kali ini diduga akibat mengkonsumsi susu yang dinilai bahwa memang susu tersebut penyebab dari ratusan siswa dari berbagai sekolah hingga staf TU keracunan massal.

Ketua DPRD Kabupaten Garut, Aris Munandar menyoroti terkait kasus keracunan MBG. Menurut Aris, pihaknya sudah berkomunikasi dengan Kasat Intel Polres Garut serta Bupati bahwa ini menjadi atensi bersama, dan harus ada penanganan khusus.

Baca Juga:Dokter Iril Divonis Bersalah, Dihukum Penjara 5 Tahun dan Wajib Bayar RestitusiKeracunan Massal MBG di Garut, Satgas Menduga Akibat Susu, Total Korban 299 Siswa

“Ini kan lagi-lagi terulang ya, dan informasinya dari susu, saya sudah ngobrol dengan Kasat Intel, tolonglah ini menjadi atensi bersama. Saya sudah sampaikan ke Bupati, ini harus ada penanganan khusus ya, terkait masalah kembali lagi ke regulasi ya,” ujarnya, Kamis (2/10).

Ia mengatakan, pihaknya akan menelusuri lebih lanjut terkait susu yang diberikan kepada siswa tersebut. “Cara mungkin penyampaian makanan dan lain sebagainya dan ini ada informasi dari susu, ini susu kan saya juga belum mengetahui apakah ini susu kemasan atau susu yang kayak yogurt gitu ya. Nah ini menjadi perhatian khusus lagi-lagi di Garut, lagi-lagi juga di Kandungora, kita akan telusuri nanti,” katanya.

Selain itu, Aris menambahkan pihaknya sudah mengarahkan dan memanggil Komisi IV DPRD Garut untuk turun tangan langsung ke lapangan, agar bisa mengecek langsung dan hasilnya akan disampaikan nanti.

“Saya juga sudah manggil Komisi IV supaya turun lagi ke lapangan, supaya mengecek ini dapur mana sumbernya. Nah jangan-jangan mungkin dapur sama atau tidak, informasi lebih lanjutnya nanti mungkin selengkapnya akan saya sampaikan ke media,” tambahnya.

Meski demikian, ia tidak bisa menghakimi kesalahan dapur, karena satu dapur menyediakan untuk ribuan porsi dan tidak semua siswa mengalami keracunan, jika satu dapur semua teracuni berarti totalitas dapurnya harus ditutup.

“Ya sekali lagi ini kan terkait masalah mekanisme ya, ini kan satu dapur tidak keracunan semua, nah ini masalahnya apa, di mana ini kan, kita harus menemukan itu, kita tidak semata-mata misalkan menjudge dapur itu salah, karena kalau misalkan semuanya teracuni ya berarti totalitas itu harus ditutup. Tapi ini kan sebagian, ini masalahnya di mana? apakah di makanan yang cara masaknya salah atau bumbunya yang berbeda atau bagaimana? Ini harus kita cek dulu ya,” kata Aris.

0 Komentar