Warga lainnya asal Kecamatan Tarogong Kaler, Rizky (34) melihat bahwa program MBG memiliki niat yang baik sehingga patut diapresiasi. Namun menurutnya niat baik saja tidak cukup, harus ada pengawasan ketat berkesinambungan agar tidak ada anak yang menjadi korban.
“Programnya bagus, niatnya baik. Tapi kalau pengawasan lemah, malah jadi berbahaya buat anak-anak. Kami butuh jaminan kualitas dan kebersihan, jangan asal dibagikan begitu saja,” ucapnya.
Ia berharap agar pemerintah betul-betul serius menyikapi serangkaian kejadian dengan melakukan evaluasi dan perbaikan kedepannya. “Pemerintah harus bergerak, pengelola dapur jangan hanya mengambil untung tapi mengesampingkan kualitasnya,” sebutnya.
Baca Juga:Komisi IX Sebut Alur Dapur SPPG Garut Rawan KontaminasiKomisi IX DPR-RI Minta Badan Gizi Nasional Ketat Beri Izin
Risky juga menyebut bahwa harus ada efek jera kepada para pengelola dapur agar kedepannya tidak lalai. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan memproses hukum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang lalai dan menyebabkan dugaan keracunan.
“Kalau tidak diproses hukum, mereka akan tetap lalai. Proses hukum menjadi keharusan agar semua berhati-hati, tidak ngasal membuat produk makanan,” pungkasnya. (*)