Radar Garut – Saat matahari tenggelam di balik pegunungan, kota Garut berubah wajah. Jalanan yang tadinya tenang mendadak dipenuhi cahaya lampu, aroma makanan yang menggoda, dan deretan warung serta gerobak yang menawarkan kuliner malam khas Garut. Inilah pesona Garut yang baru terjaga saat malam tiba: kehangatan, kebersamaan, dan cita rasa yang sulit dilupakan.
Sate Malam yang Menggoda Selera
Tidak lengkap rasanya berkeliling Garut di malam hari tanpa mencicipi sate kambing muda yang dibakar langsung di atas bara arang. Aroma daging berpadu dengan bumbu kecap, sambal tomat segar, dan sedikit irisan bawang merah, menjadikan sate ini selalu jadi incaran pecinta kuliner malam.
Semangkuk Bakso di Udara Dingin Garut
Udara Garut yang sejuk bahkan cenderung dingin di malam hari membuat semangkuk bakso terasa lebih istimewa. Kuah hangat, pentol kenyal, ditambah sambal pedas, mampu mengusir dingin dan mengisi energi. Beberapa penjual bakso legendaris di Garut bahkan baru buka sore hari hingga tengah malam, seolah sengaja untuk menemani para pemburu kuliner malam.
Baca Juga:Dorokdok Garut, Oleh-oleh Khas Sunda dengan Kerenyahan Tak TertandingiOleh-Oleh Khas Garut, Dari Dodol hingga Kerupuk Kulit yang Bikin Wisatawan Ketagihan
Jajanan Kaki Lima: Teman Nongkrong Favorit
Di sepanjang jalan kota, jajanan khas Sunda seperti cireng, cimol, hingga cilor selalu ramai dikerubungi anak muda. Rasanya gurih, pedas, sekaligus bikin nagih. Tak ketinggalan jagung bakar dengan aneka topping modern yang menjadi teman setia saat nongkrong di malam Garut.
Hangatnya Kopi Garut di Kedai Malam
Bagi mereka yang ingin santai lebih lama, kedai kopi Garut jadi tempat yang sempurna. Dari kopi tubruk sederhana hingga racikan modern seperti latte dan cappuccino, semuanya punya cita rasa khas karena menggunakan biji kopi Garut yang terkenal lembut dan harum. Suasana malam makin hidup dengan musik akustik yang sering hadir di kafe-kafe lokal.
Lebih dari Sekadar Makan Malam
Kuliner malam di Garut bukan hanya soal makanan. Ada suasana kota yang hangat, keramahan pedagang, serta canda tawa para pengunjung. Setiap gigitan bakso, tusukan sate, atau tegukan kopi seakan menjadi bagian dari cerita perjalanan di kota yang dijuluki Swiss van Java ini.