GARUT – Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, menyoroti kondisi lalu lintas di ruas Jalan Bandung–Garut tepatnya di kawasan Kecamatan Kadungora. Menurutnya, banyaknya persimpangan jalan ditambah jalur perlintasan kereta api kerap menjadi penyebab utama kemacetan arus kendaraan di jalur vital tersebut.
” Jadi kalau catatan kami itu di arah ke kalau keluar kota ya itu daerah ke Bandung – Kadungora, di situ ada beberapa persimpangan yang menurut saya agak menghambat jalan, juga ada sebidak yang kereta api itu, jadi ada pertemuan beberapa jalur, kemudian juga ada kereta api,” ujar Syakur.
Syakur menambahkan, Pemkab Garut sebenarnya telah menyiapkan jalan alternatif melalui Jalan Soekarno-Hatta. Namun, rute tersebut dinilai terlalu jauh sehingga tidak sepenuhnya efektif mengurai kepadatan di Kadungora.
Baca Juga:Jabatan Setwan DPRD Garut Masih Kosong, Yusup Musyaffa: Saya Harap Segera Ada Pejabat DefinitifPolres Garut Uji Coba ETLE Statis Pertama di Jalan Cimanuk, Hati-hati yang Suka Melanggar Aturan Lalin
“Ini yang menjadi hambatan bagi kita semua dan saya sudah berusaha, yang pertama kami Kabupaten Garut sudah membuat jalan alternatif, tapi itu juga agak jauh, tapi kita ke depan ingin memperlancar yang di jalan Kadungora itu,” katanya.
Dorong Flyover Kadungora
Lebih lanjut, Syakur menyebut bahwa Jalan Kadungora merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus, salah satunya dengan pembangunan flyover. Menurutnya, Gubernur Jawa Barat telah menyatakan kesiapannya menyiapkan Detail Engineering Design (DED) dan proses pembebasan lahan.
” Dan itu adalah jalan milik pemerintah provinsi, kemarin kami minta supaya ada atensi khusus, paling tidak ada flyover, kemarin Pak Gubernur menyatakan sok Garut katanya siapin DED dan pembebasan,” kata Syakur.
Ia menambahkan, keberadaan Jalan Tol Getaci nantinya juga akan sangat membantu mengurangi beban kendaraan yang masuk ke wilayah Garut melalui Kadungora.
Kekhawatiran Tertunda
Meski begitu, rencana pembangunan flyover Kadungora diperkirakan baru dapat direalisasikan dalam 2 hingga 3 tahun ke depan. Syakur mengaku khawatir keterlambatan ini akan berdampak pada aktivitas masyarakat, termasuk menurunnya minat wisatawan berkunjung ke Garut.
“Tapi kelihatannya masih 2-3 tahun ke depan, ini yang saya khawatirkan. Karena akan mengganggu antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke Garut untuk mengunjungi objek pariwisata,” pungkasnya.(rizka)