Korban Keracunan Sempat Menduga akan Datang Bulan

Rizki Peratami/Radar Garut
Korban Keracunan Sempat Menduga Datang Bulan
0 Komentar

GARUT – Salah seorang pelajar yang menjadi korban mengakui bahwa dirinya mengalami tidak enak perut sejak dini hari kemarin.

“Mual juga, tapi nggak sampai muntah,” ujarnya.

Siswi kelas X itu mengaku masih sempat makan makanan lain, termasuk makanan pedas sehingga ia tidak langsung yakin penyebab sakit perutnya berasal dari MBG.

“Setelah makan MBG, saya makan lagi makanan lain, makan pedes juga. Takutnya bukan dari MBG, soalnya makan pedes,” katanya.

Baca Juga:Ratusan Pelajar di Kadungora Garut Alami Gejala Keracunan, Ada yang Mengaitkan Dengan MBGRutan Garut Bagikan Perlengkapan Alat Mandi ke Warga Binaan

Saat hendak masuk sekolah, ia merasakan kondisi perutnya semakin tidak nyaman. “Saya kira mau menstruasi karena sakitnya mirip, ternyata makin nggak enak,” katanya.

Kondisinya pun rupanya semakin parah sehingga dirinya harus bolak-balik ke toilet, baik di rumah maupun di sekolah.

“Di rumah dua kali ke toilet pas malem, di sekolah juga dua kali. Pokoknya siang, lupa jam berapa, saya dibawa ke puskesmas karena udah nggak kuat,” ujarnya.

Ia menuturkan bahwa menu MBG yang disantap sehari sebelumnya terdiri dari daging, tempe orek, sayur, dan nasi.

“Pokoknya enak, makanya nggak habis pikir kenapa bisa sampai sakit padahal makanannya nggak ada yang aneh,” katanya.

Sebelumnya, lebih dari seratus orang pelajar di Kecamatan Kadungora, Garut, Jawa Barat mengalami gejala keracunan, Rabu (17/9). Dari jumlah tersebut, belasan diantaranya harus menjalani perawatan di Puskesmas Kadungora.

Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani membenarkan adanya dugaan keracunan yang dialami oleh sejumlah siswa di Kecamatan Kadungora. “Untuk jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan mencapai 150 orang,” kata Leli.

Baca Juga:Pemkab Garut Terbitkan Surat Edaran Kesiapsiagaan Hadapi Hidrometeorologi BasahPasien Ungkap Dugaan Pungli di RSUD dr Slamet Garut, Direksi Memilih Bungkam

Dari jumlah tersebut, menurut Leli, jumlah siswa yang harus menjalani perawatan intensif mencapai 14 orang. Adapun pelajar lainnya yang mengalami gejala serupa, karena kondisinya tidak parah menjalani rawat jalan.

“Untuk 14 orang siswa yang dirawat seluruhnya dilakukan perawatan di Puskesmas Kadungora. Kita dari sejak awal menerima informasi ini langsung terjunkan tim ke lapangan termasuk mengirimkan kebutuhan obat-obatan untuk perawatan,” katanya.

Sementara, Kepala SMA Siti Aisyah, Hari Triputuharja mengaku cukup terkejut dengan banyaknya siswa yang mengalami gejala keracunan bersamaan. Ia pun mengungkap detik-detik siswanya yang mulai mengeluhkan sakit perut.

0 Komentar