GARUT – Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, mengungkap adanya fenomena sejumlah aparatur sipil negara (ASN) di Garut yang gajinya habis digunakan untuk membayar utang ke bank. Menurutnya, kondisi tersebut bisa berdampak negatif terhadap kinerja dan produktivitas aparatur pemerintah daerah.
” Ada kondisi yang menarik, bahwa nanti ketika sudah dilantik itu jangan langsung diajukan ke BJB. Diajukan dengan jumlah yang besar, sehingga nanti saya khawatir gajinya habis dipakai bayar hutang, sehingga kemudian tidak mendukung produktivitas kerja,” ujarnya saat melantik PNS dan PPPK, senin (15/9).
Hal ini tentu ditanggapi serius oleh Syakur, pasalnya hal itu diungkapkan secara umum ketika melantik PNS dan PPPK. Ia mengingatkan agar PNS dan PPPK yang baru dilantik, tidak melakukan langkah yang sama dengan pendahulunya.
Baca Juga:Ini Besaran Tunjangan Ketua dan Anggota DPRD Garut, Diisukan Bakal Naik, Begini Klarifikasi Aris MunandarMengenai Insiden Tewasnya Pria di Situ Salawe, Begini Tanggapan Disparbud Garut
Dampak Utang Berlebihan terhadap PNS: Penelitian & Fakta Lapangan
Lantas bagaimana dampak utang ASN yang terlalu besar terhadap kinerja mereka?
Beberapa studi dan pengalaman nyata menguatkan kekhawatiran Bupati Syakur. Berikut ini beberapa temuan:
Stres Finansial dan Produktivitas Kerja
Penelitian di Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, menemukan bahwa stres finansial (termasuk kondisi di mana pendapatan habis untuk kewajiban keuangan seperti utang) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap produktivitas kerja.
Dalam penelitian itu, stres finansial mampu menjelaskan sekitar 78,9% variabilitas produktivitas kerja di antara pegawai tenaga kependidikan yang menjadi sampel.
Perbandingan Serupa di Luar Negeri
Di Malaysia, sebuah laporan menyebut bahwa hampir setengah dari gaji para pegawai negeri digunakan untuk melunasi utang. Dampaknya selain beban finansial, juga masalah kesehatan mental dan motivasi rendah dalam bekerja.
Utang vs Kinerja Organisasi / Perusahaan
Meski tidak langsung mengukur isu PNS, beberapa penelitian pada sektor swasta menunjukkan bahwa tingkat utang yang tinggi berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan, terutama profitabilitas dan efisiensi kerja. Utang yang besar bisa menyebabkan tekanan operasional, berkurangnya kemampuan investasi, dan peningkatan risiko keuangan.