Garut – Sebuah inovasi luar biasa hadir dari Pesantren Welas Asih di Desa Sukarasa, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Pada hari Minggu (14/9) pesantren tersebut melangsungkan peletakan batu pertama pembangunan masjid yang seluruh dindingnya akan terbuat dari 12 ton sampah plastik.
Menurut Mudir Pesantren Welas Asih, Abah Irfan Amali, proyek ini adalah puncak dari komitmen panjang pesantren dalam mengelola sampah.
“Sudah enam tahun kami tidak membuang sampah keluar pesantren. Dan selama 12 tahun ke depan, sampah ini akan kami kelola bekerja sama dengan perusahaan di Jakarta untuk diubah menjadi palet-palet yang kemudian akan menjadi dinding masjid,” jelas Abah Irfan, Minggu (14/9).
Baca Juga:Pengunjung SOR Kerkof Kecopetan, Kepala UPT: Waktu Itu Pernah KetangkapSeorang Pria Tewas Usai Selamatkan Dua Anak di Situ Salawe Garut
Ia menambahkan bahwa 12 ton sampah plastik ini setara dengan menyelamatkan 80 ribu pohon.
“Alhamdulillah, kita sudah mendapatkan pohon-pohon ini. Semoga ini bisa menjadi inspirasi kecil bagi Indonesia dan semuanya tidak terlepas dari kontribusi kita semua,” ujarnya.
Abah Irfan juga mengungkapkan bahwa metode pengelolaan sampah yang mereka terapkan mampu menuntaskan sampah dari satu RW yang terdiri dari 200 KK setiap harinya.
Proyek ini mendapat apresiasi tinggi dari Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang turut hadir dalam acara tersebut.
“Membuat masjid dari sampah yang dikelola dengan baik ini adalah hal yang luar biasa,” kata Raja Juli.
Ia menekankan pentingnya memulai dari hal-hal kecil untuk menghasilkan dampak besar.
“Segala sesuatu itu dimulai dari hal yang kecil. Mudah-mudahan ini bisa menginspirasi kita semua untuk memulai dari hal-hal yang sangat kecil ini,” pungkasnya.
Baca Juga:Gramedia Gelar Pesta Literasi Indonesia 2025 di Garut, Rayakan Kreativitas dan Kebebasan BerekspresiMenguak Nilai Sejarah dan Investasi di Balik Koleksi Perangko
Menurut Abah Irfan, membangunan masjid ini merupakan wujud nyata dari upaya pesantren dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kepedulian lingkungan.
“Proyek ini juga diharapkan tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol dari keberlanjutan dan inspirasi bagi masyarakat di Indonesia,” tutup Abah Irfan.(rizki)