Pasien Ungkap Dugaan Pungli di RSUD dr Slamet Garut, Direksi Memilih Bungkam

ilustrasi
Pasien Ungkap Dugaan Pungli di RSUD dr Slamet Garut, Direksi Memilih Bungkam
0 Komentar

GARUT – Sejumlah pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Slamet Garut mengungkap adanya praktik dugaan pungutan liar (pungli) hingga buruknya pelayanan. Kondisi tersebut menambah daftar panjang persoalan yang dihadapi masyarakat di fasilitas pelayanan milik Pemerintah Kabupaten Garut.

Dugaan pungli salah satunya di bagian Computerized Tomography Scan atau Computed Tomography Scan (CT scan). Dalam prakteknya, oknum petugas meminta imbalan kepada pasien agar jadwal pemeriksaan bisa dipercepat.

Kaitan dengan pelayanan yang buruk, sejumlah pasien menceritakan pengalaman mereka saat berhadapan dengan petugas yang kurang ramah. Tidak hanya itu saja, ketiadaan fasilitas pun diceritakan mereka.

Baca Juga:PT Permodalan Nasional Madani Gandeng Pemkab Garut agar UMKM Naik KelasDukung Asta Cita Presiden, Program Ketahanan Pangan Nusakambangan Diresmikan Kemenimipas

Salah satu pasien yang menjadi korban pungutan liar adalah seorang remaja perempuan berinisial L (15). Ia bercerita bahwa dirinya seharusnya menjalani CT scan berdarkan rujukan dari dokter yang memeriksa.

Saat proses itu hendak dijalani, seorang oknum menawarkan percepatan jadwal dengan syarat menyerahkan sejumlah uang yang ditentukan. Ketika dirinya mengaku tidak memiliki uang tersebut, sang oknum meminta agar diberi seikhlasnya.

“Kalau mau cepat, harus kasih ke dalam Rp50 ribu, kalau gak ada mah ‘saayana we wios’” ujar L saat ditemui Radar.

Kondisi serupa dirasakan seorang ibu berinisial M (56). Ia mengaku mengalami praktik serupa dari oknum petugas saat tengah mengantre untuk CT scan di RSUD dr. Slamet Garut.

“Saya mah ya nunggu giliran aja. Tapi tiba-tiba ada orang yang datang nyemperin saya bilang, kalau mau cepet mau dibantu gak biayanya Rp50ribu,” ungkap M.

Lain L dan M, keluarga pasien berinisial R menceritakan dirinya mengalami pengalaman yang buruk saat membawa ibunya ke RSUD dr. Slamet Garut. Ketika di Instalasi Gawat Darurat (IGD) ia mendapatkan perilaku kurang mengenakan dari petugas.

Tidak hanya itu saja, ketersediaan alat pun sangat terbatas. “Saya harus sampai mencari-cari alat sendiri agar orang tua saya bisa mendapatkan tindakan, bukan dicarikan oleh petugas yang bertugas di sana,” ucapnya.

Baca Juga:Rutan Garut Ikut Sukseskan Penanaman Serentak 360 Ribu Bibit Pohon KelapaRutan Garut Gelar Razia Rutin, Kepala KPR: "Kami Tegas Tapi Tetap Humanis"

Warga lainnya yang berinisial V, mengaku kapok bila harus kembali berobat di Poliklinik RSUD dr. Slamet Garut. Bukan tanpa alasan, ia mengaku pernah harus menunggu hingga berjam-jam lamanya karena dokter spesialis yang dituju belum datang di ruang pelayanan.

0 Komentar