Warga Leuwigoong Garut Mencampur Beras Bantuan Pangan dengan Beras Lokal agar Nasi Tidak Keras

ilustrasi mencampur beras (AI)
ilustrasi mencampur beras (AI)
0 Komentar

GARUT – Sejumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) program bantuan pangan (Banpang) beras 20 kilogram di Kabupaten Garut mengeluhkan kualitas beras yang mereka terima. Pasalnya, nasi hasil tanakan dari beras bantuan tersebut terasa keras.

Ucin Suganda, salah seorang KPM asal Kecamatan Leuwigoong, menuturkan bahwa beras bantuan akan lebih baik jika dimasak dengan cara dicampur beras lokal.

” Ketika beras banpang dicampur beras lokal saat ditanak, nasinya cukup baik dan mengembang. Ketika menanak beras banpang, ukuran airnya harus lebih banyak, ” kata Ucin.

Baca Juga:ASN di Garut Ada yang Obesitas, Pemkab Geser Jadwal OlahragaBPBD Garut Imbau Warga Waspada Terhadap Hujan Deras, Pohon Tumbang Sempat Tutup Jalan

Keluhan serupa juga dialami sejumlah KPM lainnya. Mereka sempat terkejut ketika menanak beras bantuan, karena teksturnya sulit dicomot. Namun, setelah dicampur dengan beras lokal, nasi kembali normal.

Meski kualitasnya dinilai kurang, para penerima tetap bersyukur dengan adanya bantuan beras tersebut, terlebih di tengah harga beras yang terus naik.

Fenomena ini juga berdampak pada pedagang beras. Salah seorang pedagang di kawasan Awat, Cibiuk, mengaku heran lantaran para penerima bantuan tetap membeli beras medium. Setelah ditelusuri, ternyata beras lokal itu digunakan untuk mencampur beras Banpang agar hasil nasinya lebih enak.

Pedagang itu menaikkan harga beras medium menjadi Rp 14.500,- per kg. Semula harganya Rp 14.000,- per kg.

Sementara itu, di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) membuka usaha dagang beras bekerja sama dengan pabrik huller. Ketua BUMDes Kertajaya, Yoyo, mengatakan harga beras yang dijual menyesuaikan kualitasnya.

Yoyo menyebut, untuk harga eceran beras medium Rp Rp 15.000,- per kg. bila belanja beras diatas satu kwintal, harganya bisa diturunkan sedikit.(pepen)

0 Komentar